Pereview : Dewi Zulfatun Nahdiro (Anggota GPAN Kepanjen)
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : 2016. Cetakan IX, Mei 2017
Jumlah Halaman: 524 Halaman
Tentang Kamu”
Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar dalam hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih nasehat, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu pernah terjadi. Lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu itu telah berakhir,
Masa lalu, rasa sakit, masa depan, mimpi-mimpi. Semua akan berlalu seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.
Tentang Kamu merupakan buku ke-26 yang ditulis oleh salah satu pakar fiksi yang karyanya banyak digemari oleh pembaca buku. Tere liye seakan terus dan terus memanjakan pembacanya dengan kehadiran buku genre biografi. Judulnya Tentang Kamu, seakan-akan kisah di dalamnya romantis, namun ternyata novel biografi yang menceritakan karakter tokoh utamanya Sri Ningsih, kisah perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga tutup usia. Buku setebal 524 halaman ini lembar demi lembarnya penuh dengan kejutan, mengharukan, kok bisa ya Tere Liye kepikiran buat tulis dengan latar tersebut dan tempat-tempat yang yang jadi setting cerita pun memang benar-benar nyata. Sampai-sampai saya coba googling satu persatu tempatnya, yang ternyata benar-benar kereeennn, menakjubkan sekali bukan!!! Seperti Pulau Bungin Sumbawa (NTB)-yang merupakan pulau terpadat di dunia (saya baru tahu, pas baca buku ini). Belgrave square , Rute 16 Cricklewood-Victoria, Quay D’orsary.
Yang pasti saat membaca buku ini saya merasa seperti diajak keliling berpetualang oleh tokoh Zaman Zulkarnaen (pengacara daro Thompso & Co) yang menelusuri jejak kehidupan Sri Ningsih di 5 kota, 3 negara dan 2 benua (dengan setting tahun 1940-2016) mulai dari pulau Bungin Sumbawa, Surakarta (Jawa Tengah), Jakarta, London dan berakhir di Paris. Selain itu juga perjalanan Sri Ningsih keliling dunia dan surat wasiat.
Buku yang sangat keren ini, bikin nangis berkali-kali, inspiratif, sangat menyentuh dan tokoh utama dibalik kesederhanaannya menyimpan kecerdasan yang luar biasa dan keindahan perilaku serta sosok luar biasa mengagumkan dan penuh tauladan.
Zaman Zulkarnaen: seorang pengacara muda Thompson & Co di Inggris. Firma hukum ini sangat berbeda, mereka berdiri di atas prinsip-prinsip, mereka bukan firma hukum yang kebanyakan, apa lagi heir hunter serakah-sebutan untuk para pemburu harta warisan. Meskipun mereka seorang lawyer, mereka justru lebih mirip detektif. Heir hunter akan mencari pewarisnya, siapapun yang boleh jadi keturunan atau kerabat jauh. Mereka akan meminta bagian dari harta itu 20%, 40% atau dalam kasus tertentu, mereka bisa memperoleh bagian lebih besar dibanding ahli warisnya.
Kali ini Zaman ditugaskan untuk memegangsuatu kasus. Seorang wanita tua berusia 70 tahun dan belasan tahun terakhir tinggal di panti jompo yang merupakan pemilik sah 1% saham di perusahaan besar. Firma hukum tempatnya bekerja menyimpan surat keterangan yang pernah dititipkan wanita itu beberapa tahunlalu oleh pihak ketiga melalui pos. Thompson & Co diberikan mandat untuk menyelesaikan harta warisan tua ini seadil-adilnya sesuai dengan hukum yang berlaku. “Firma ini berbeda dengan ribuan firma hukum yang lainnya. Kita adalah kesatria hukum, berdiri tegak di atas nila-nilai luhur. Kamu akan memastikan wanita tua yang malang itu mendapatkan penyelesaian warisan seadil mungkin menurut hukum. Dia akan beristirahat dengan tenang jika tahu harta warisannya telah diselesaikan dengan baik, tidak berakhir di Bona Vacantia, atau lebih serius lagi, jatuh kepada penipu”. (Halaman 14)
Nama klien tersebut adalah Sri Ningsih. Pemilik harta warisan senilai 19 triliun rupiah yang baru saja meninggal ini ternyata orang Indonesia, sama seperti asal negara Zaman. Itulah kenapa dia ditunjuk menyelesaikan settlement wasiat ini. Zaman dianggap bisa menelusuri kehidupan masa lalu Sri Ningsih dengan mudah. Namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Hanya sedikit data yang membahas riwayat wanita tersebut. Belum lagi hanya hitungan hari waktu yang diberikan untuk Zaman dalam menyelesaikan kasus ini.
Kunci Zaman dalam penelusuran informasi mencari tahu kehidupan Sri, tanpa disadari para pembaca, Tere Liye menyelipkan melalui beberapa kegiatan literasi lewat karakter dalam novel ini. Tiga poin utama yang dilakukan Sri. Pertama, Sri tekun membaca. Di halaman 482 disebutkan bahwa Sri Ningsih belajar tentang hukum melalui buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan nasional Perancis. Ketika yang lainnya sibuk menghabiskan waktu dengan ngobrol atau menonton televisi, Sri terbenam membaca buku . tidak hanya itu, dia mengkliping dari koran-koran lama tentang artikel-artikel penting. Kedua, Sri memiliki buku diary yang dia serahkan kepada pengurus panti jompo, Aimee. Dalam buku diary tersebut, ada semacam juz kehidupan yang Sri tulis. Semacam curahan hati, kegelisahan yang ia tuang melalui tulisan dan sebagai obat kangen berkomunikasi dengan bapak dan ibunya yang sudah tiada. Dalam setiap juz, kita akan menemukan point penting makna sebuah kehidupan. Misalnya, dalam juz pertama tentang kesabaran. Tidak hanya berupa tulisan, ada beberapa potong foto yang terselip dalam diary tersebut. Ketiga, Sri gemar berkorespondensi sebagai jalan untuk berkomunikasi dengan sahabatnya ketika di madrasah. Ya, di tahun 1970-an. Cara paling ampuh berkomunikasi adalah surat menyurat antara Sri yang mengadu nasib di Jakarta dan Nur’aini yang tetap menetap di Surakarta. Melalui buku diary dan surat-surat Sri untuk Nur’aini ini, Zaman akan berkeliling ke tiga negara, lima kota dalam menelusuri kehidupan Sri. Dengan kemampuan literasi Sri meski terkesan sederhana akan membuka misteri kehidupannya yang selama ini terpendam. Seperti apa kehidupan masa kecil serta masa lalunya? Bagaimana hubungan Sri dengan kedua orang tua dan adiknya? Sesulit apa kehidupan yang dijalani? Seberapa tangguh Sri dalam menghadapi berbagai cobaan? Bagaimana cara Sri bisa menghasilkan pendapatan dan meninggalkan warisan yang sangat besar? Bagaimana pula kehidupan Sri di panto jompo?
Ternyata cerita dalam novel ini ada banyak kesamaan kisah hidup Sri dan Zaman meski mereka berbeda generasi. Pertama, mereka sama-sama menghadapi masa sulit sebagai keluarga broken home. Memiliki ibu tiri menjadi hal yang paling memberatkan. Kedua, point pertama tersebut tanpa disadari mempengaruhi kehidupan percintaan masing-masing. Baik Sri maupun Zaman, sama-sama masih melajang meski diusia matang. Kehidupan pahit dimasa kecil menimbulkan keraguan untuk berkeluarga. Baik dari kehidupan Sri maupun Zaman, penulis menyelipkan pesan penting yakni, jika ada seseorang yang masih melajang , bukannya sibuk mencibir atau nyinyir tanya kapan nikah? Lebih baik bantulah mereka untuk menemukan pasangan. Jadi buat para jomblo-jomblo tak usah berkecil hati saat dinyinyirin yaa, jawab saja seperti yang diajarkan Tere Liye. Selama berusaha dan berdoa, pasti akan ada jalan menemukan jodoh, seperti Sri dan Zaman.
Ketika akhirnya kekayaan Sri dibagikan kepada para ahli warisnya, ini juga bagian yang tak terduga, bahwa harta yang diberikannya telah dipikirkan matang-matang. Pada akhirnya, karakter antagonis harus menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Namun sayang hingga akhir hayatnya Sri Ningsih tidak tahu bahwa adik yang sangat dicintainya masih hidup.
Selain itu saya juga terkesan bagaimana Sri mendapatkan jodoh. Dia wanita yang patut memperoleh cinta sejati dari suaminya. Ia menikah dengan seorang pria Turki. Kisah cinta mereka juga sangat indah. Pokoknya Tentang Kamu keren banget. Ada lagi yang bakal buat kita terkesan yaitu setelah Sri tinggal di Paris (panti jompo), di situ dia bisa mewujudkan impiannya, keliling dunia.
Ada banyak pesan moral yang bisa kita ambildalam buku ini. Pertama, tentang kesabaran. Kedua, tentang persahabata. Ketiga, tentang keteguhan hati. Keempat, tentang cinta. Kelima, tentang memeluk semua rasa sakit.
Semoga dalam menjalankan kehidupan kita bisa seperti Sri, hatinya sebening kristal, tidak ada rasa dendam dalam jiwanya meskipun itu hanya sebesar debu. Karakter Sri Ningsih ini, so inspiring.