Oleh : Siti Indrayani
Tangis sembilu seminggu lalu
Membuat aku mengerti, bahwa
Aku telah kehilangan
Kehilangan sosok
Yang tak mungkin kutemukan pada jiwa lain
Aku tak tahu apakah hariku di sini,
Kau alami juga di sana
Apakah detik dan jam yang kulalui di sini
Kau lalui juga di sana
Wahai mamak ( nenek)
Belum sempat aku memelukmu
Dibalik ketidakaberdayaanmu
Belum sempat pula aku melihat
Senyum merekah terakhir
Di bibirmu
Kau sudah kembali kepada-Nya
Ke pangkuan-Nya
Dia, dia Dzat yang Maha Segalanya
Wahai mamak (nenek)
Sungguh saat ini ku merindumu
Merindu ocehan garangmu
Merindu semua kenangan ,Yang selalu kau torehkan
Di kehidupanku
Wahai mamak
Tak akan lagi kutemukan sosokmu di waktu subuh
Takan lagi kudengar tawamu
Ketika konyolku kuperankan
Takan lagi kulihat dan kudengar sedihmu
Ketika ku beranjak pergi ke tanah perantauan
Wahai mamak
Hati ini bak tersayat
Ketika harus menerima kenyataan itu
Langit yang kala itu terang benderang
Seolah berubah kelabu
Kelabu yang kemudian hitam
Bak arang diperapian
Gelap, dan entah harus kemana mamak
Mamak
Bukan kabar itu yang ingin aku dengar di perantuan
Bukan kabar itu yang kuharapkan
Sungguh jika tak ada tulang diraga ini
Lunglaila sudah raga ini mak
Mamak
Sungguh kusayang mamak
Ku sayang mamak selamanya
Mamak
Sedih hati ini ketika kupaksakan ikhlas
Sedih hati ini ketika harus percaya takdir
Takdir yang sudah menuntun mamak
Menuntun mamak bertemu Dia
Dia Yang Maha Kuasa
Mamak
Hanya doa yang bisa panjatkan disetiap sujudku
Semoga kau tenang bersama-Nya mamak
Salam sayang dari duniaku yang berbeda denganmu
Mamakku
.
.
.