Berawal dari kesadaran Fatkhiyatun Naja, biasa disapa Naja untuk membentuk sebuah komunitas di Pekalongan, pada tanggal 8 Februari 2019 bersama Haizatul Faizah dan Krisna Safitri, berdirilah GPAN Pekalongan.
“Awalnya ingin membuat komunitas, tapi masih bingung. Terus, tidak sengaja melihat komunitas GPAN Madiun. Dari sana, aku iseng mencari di sosial media. GPAN Pekalongan ada tidak ya? Ternyata tidak ada. Lalu, aku kepikiran untuk menghubungi tim GPAN Pusat untuk mengajukan diri mendirikan GPAN di Pekalongan.” Ungkap Naja.
Sebagai pemrakarsa, Naja menyusun empat divisi pada komunitas barunya tersebut, yaitu Donasi dan Partnership, Desain dan Grafis, Public Relation, dan Project Manager. Dengan program kerja meliputi Goes to TBM, Ngabuburit Literasi, dan Taman Baca. Untuk kegiatan internal meliputi bedah buku dan sabuku, yaitu program membaca buku setiap bulan lalu me-review-nya.
Melalui program kerja Goes to TBM, GPAN Pekalongan mulai mengenalkan diri ke masyarakat. Karena TBM yang dikunjungi tidak hanya satu tempat, semakin banyak pula masyarakat di sekitar TBM yang mengenal GPAN Pekalongan. Sedangkan pengenalan kepada komunitas lain di Pekalongan, GPAN Pekalongan memperkenalkan diri melalui sosial media.
Dari perkenalan tersebut, GPAN Pekalongan mendapatkan respon baik dari masyarakat. Salah satunya selama menggelar kegiatan Taman Baca, masyarakat sangat mendukung. Bahkan anak-anak yang ada di sana juga antusias. “Karena kita menggelar Taman Baca di alun-alun, banyak orang tua di sekitar sana yang bermain bersama anak-anaknya. Mereka mendukung bahkan ikut mengantar anak-anaknya untuk mampir ke lapak baca GPAN Pekalongan.” Jelas Naja.
Di umurnya yang menginjak satu tahun, GPAN Pekalongan mengadakan anniversary sekaligus menjadi acara terbesar dan tersukses GPAN Pekalongan. Karena tidak hanya acara perayaan hari jadi saja, GPAN Pekalongan juga membuka secara resmi TBM Rumah Baca Inspirasi yang juga menjadi basecamp bagi anak-anak GPAN Pekalongan untuk berkegiatan. Acaranya pun dihadiri oleh banyak pihak, salah satunya dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan.
Adanya program kerja Goes to TBM, memang sangat menguntungkan bagi GPAN Pekalongan. Mulai dari dikenal masyarakat, hingga mendapatkan TBM sekaligus basecamp. “Jadi ndilalah, waktu kerja sama dengan salah satu TBM itu, orangnya baik banget, dermawan dan senang dengan anak-anak yang berkegiatan sosial, terutama literasi. Akhirnya kita didukung dan dibuatkan TBM yang menjadi basecamp untuk anak-anak GPAN Pekalongan berkegiatan. Ya hitungannya bejo saja sih,” kata Naja.
“Kalau untuk buku, di awal-awal kita open donasi. Lumayan dapat dari banyak orang. Lalu juga aktif ikut lomba literasi dari kompas dan forum TBM. Alhamdulillah menang dua kali dan dapat buku banyak banget. Lumayan untuk nambah koleksi. Juga karena ada TBM, jadi kalau ada kegiatan bisa pinjam,” imbuhnya.
Kesuksesan dalam mendirikan sebuah komunitas literasi di Pekalongan ini pun juga tetap ada halangan, yaitu pandemi. Namun, hal tersebut tidak dapat menyurutkan semangat GPAN Pekalongan untuk tetap berkegiatan. GPAN Pekalongan mengalihkan kegiatannya dengan mengadakan webinar dan kegiatan internal seperti bedah buku online. Untuk kegiatan yang terjun ke masyarakat seperti Taman Baca pun masih tetap diadakan meskipun tidak seaktif sebelum ada pandemi.
Sebagai pendiri, Naja berpesan untuk GPAN Pekalongan, “Semoga semakin banyak pemuda yang peduli terhadap literasi dan mau untuk berkontribusi. Semoga mereka mau untuk bergabung dan antusias bersama GPAN Pekalongan memajukan literasi di Pekalongan,” tutupnya.