Oleh : Pratiwi Ambar Wulandari
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya tingkat minat membaca orang indonesia itu berada pada urutan ke 60 dari 61 negara. Dengan minimnya minat membaca warga indonesia, maka tak aneh jika pengetahuan yang mereka dapatkan berbanding terbalik dengan warga negara jepang, finlandia yang memiliki peringkat pertama dalam jajaran negara literasi di dunia. Minimnya minat baca warrga indonesia disebabkan karena belum adanya kebiasaan membaca yang tanamkan sejak dini, anak-anak di indonesia menganggap bahwa membaca adalah sebuah hobi yang tidak perlu digemari oleh semua orang. Dan juga anak akan menganggap bahwa role model anak dalam sebuah keluarga adalah orang tuanya, maka anak akan mengikuti kebiasaan orang tua. Jika sejak anak usia dini tidak dibiasakan untuk gemar membaca, tidak di stimulus untuk menyukai hal-hal yang berbau literasi maka akan sulit bagi kita mengubah tingkat minat baca di indonesia.
Selain dari kebiasaan anak indonesia, kegemaran membaca pun dipengaruhi oleh kurangnya sarana dan prasarana yang ada, contohnya seperti anak-anak di pedesaan terpencil sulit mencari buku-buku pengetahuan, bahkan banyak dari mereka yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi. Bagi mereka yang terpenting hanyalah bagaimana caranya mereka bertahan hidup, miris memang kini sekolah-sekolah di kota hanya sebagai ajang pencari keuntungan atau laba, bukan sebagai lembaga pendidikan yang siap melayani anak-anak indonesia. Sulit rasanya mencari sekolah yang memiliki kualitas bintang 5 dengan harga yang murah, jika fasilitas semakin bagus maka harganya pun semakin tinggi. Lalu bagaimana dengan kami masyarakat kecil yang untuk makan sehari-hari pun masih kesulitan.
Kurangnya produksi-produksi buku di daerah pun menjadi penyebab rendahnya literasi di indonesia. Seorang penulis yang mendapatkan royalti rendah harus dikenakan wajib pajak dengan harga yang tidak sesuai hal tersebut tentu mematikan motivasi para penulis untuk menulis buku-buku yang berkualitas. Sebetulnya jika melihat dari kata “minat baca” mungkin indonesia dapat menjadi peringkat negara nomer 1 dalam hal itu, sebab warga indonesia kini lebih gemar membaca pesan di whatsapp, membaca komentar-komentar di instagram, memang dalam era milenial ini tentu semua orang tidak ada yang bisa lepas dari handphone, dengan kecanggihan yang ada, alangkah baiknya kita memanfaatkan teknologi ini dengan hal-hal yang positiv seperti membaca buku melalui ebook, dan lain sebagainya.
Berkaca dari negara jerman, bahwa pendidikan yang mereka dirikan bukanlah sebagai bentuk ajang pencari keuntungan tapi pendidikan yang mereka dirikan betul-betul sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kualitas dalam belajar. Sehingga mampu membuat warga negara nya memiliki pengetahuan yang luas.
Dari beberapa hal yang sudah saya paparkan, solusi bagi pemerintah adalah memudahkan lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mampu mencerdaskan kehidupan bangs sebagaimana salah satu tujuan dari negara indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Yang kedua, perhatikanlah anak-anak bangsa yang jauh dari ibu kota, anak-anak pedesaan yang masih memiliki semagat untuk sekolah namun terhalang oleh tidak adanya bangunan dan tenaga pendidik disana.