Mengenal Sosok Fahrul Khakim: Berekspresi dalam Diksi

posted in: Kabar Literasi, Karya | 0

 

Fahrul Khakim

Fahrul Khakim, penulis kelahiran Tuban, 2 Maret 1991 ini baru saja menyelesaikan studi di magister pendidikan sejarah pascasarjana Universitas Negeri Malang. Fahrul mulai tertarik dalam dunia kepenulisan sejak tahun 2004, saat duduk di bangku SMP. Karya-karya buah kreativitasnya antara lain Kumpulan Cerpen Cowokku Vegetarimood (2013), Novel Hiding My Heart (2015), Novel Dandelion Lover (2015), dan Kumpulan Puisi Monolog Waktu (2016).

Buku terbaru Fahrul Khakim, Monolog Waktu mulai terbit pada 24 September 2016. Sebuah buku yang berisi 71 puisi ini digarap dalam waktu 3 tahun.

Setelah sukses dalam penulisan cerpen dan dua buah novel, Fahrul memilih genre puisi untuk bukunya yang keempat. Ia mengaku mulai aktif menulis puisi sejak tahun 2011 silam. Menulis puisi dilakukannya untuk melepaskan kejenuhan saat menulis cerpen dan novel. “Saya menulis puisi hampir setiap hari untuk melatih gaya diksi dan mengingat kosa kata literer yang saya dapat dari membaca berbagai buku. Baru kemudian tahun 2012 sampai 2015 saya mulai berani menulis puisi bertema sejarah. Kebanyakan puisi sejarah tersebut sudah dimuat di berbagai media massa yang tersebar nasional. Saya menerbitkannya agar mudah dibaca oleh semua kalangan.” Imbuhnya.

Fahrul tergerak untuk menulis puisi karena ia sering jenuh dan minder setiap ditanya mengenai karya sastra sejarah yang ia punya, selagi ia mendalami studi sejarah. Ia pernah menulis beberapa cerpen sejarah, namun ia mengaku lebih antusias dalam menulis puisi tentang sejarah. Menurutnya, menyampaikan pesan sejarah lebih mudah melalui puisi yang singkat dan romantis.

Penulisan puisi sejarah berbeda dengan puisi lainnya karena membutuhkan riset terlebih dahulu. Untuk menghasilkan sebuah karya berupa puisi, Fahrul terlebih dahulu membaca artikel tentang suatu peristiwa atau tokoh sejarah, memahaminya dengan jelas, baru menyusunnya menjadi sebuah karya.

Momen untuk menuliskan sebuah puisi pun tidak sembarangan. Fahrul mengaku kerap menulis puisi sebelum tidur atau saat ia tengah menyendiri. “Saya membutuhkan suasana yang tenang ketika menulis karya apa pun karena suasana itu membuat saya lebih mudah mendengar isi kepala,” ungkapnya.

Puisi-puisi karya Fahrul Khakim lebih menonjolkan unsur diksi, yaitu pemilihan kata yang tepat. Ia memunculkan diksi-diksi unik yang berkenaan dengan sejarah yang ia usung sebagai tema. Tujuannya agar puisi yang ia tulis dapat mewakili jiwa zaman peristiwa dan pesan-pesannya lebih mudah dicerna.

Dalam penulisan karya-karya puisinya, Fahrul selalu menonjolkan pesan apa yang ingin disampaikannya melalui analogi atau kiasan. Ia selalu memainkan diksi dan mengeksplor kosa kata untuk mendukung penggunaan kiasan dalam setiap puisinya.

Untuk memperkaya kosa kata, Fahrul menyarankan agar para penulis muda memperbanyak membaca puisi. “Puisi itu mahkota bahasa. Jangan lupa catat kata-kata unik yang baru ditemukan, cari artinya dalam kamus agar paham kegunaannya.”

Meski memiliki keahlian dalam menulis cerpen, novel dan juga puisi, Fahrul mengaku lebih menyukai cerpen diantara ketiga bidang yang ia tekuni. Alasannya, cerpen tidak membutuhkan banyak halaman tapi lebih padat dan berisi. Cerpen juga dapat ditulis dengan bahasa yang indah seperti puisi, lebih fleksibel dan lebih menarik.

Dalam waktu dekat, penulis yang baru saja menyelesaikan studi magister di Universitas Negeri Malang ini berencana untuk menulis buku kumpulan cerpen sastra dan novel populer.

Semoga sukses, untuk karya terbarunya… 🙂

-RP-

 

Comments are closed.