Ela Mariani (GPAN Madiun)
Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman pengamalan nya juga harus bertolak dari kodrat manusia, khususnya dari arti dan kedudukan manusia lainnya. Pangkal tolak ini sangat penting, sebab manusia hanya mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Apabila manusia terpaksa harus hidup sendiri, maka sifat kesendirian itu tidaklah mutlak dan abadi, melainkan bersifat relatif dan sementara.
Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagi makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak dari pada usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa.
Manusia yang akan kita pahami adalah manusia yang di samping memiki kekuatan, juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan. Manusia yang di samping mempunyai kemampuan-kemampuan, juga manusia yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan.
Kebodohan
Kebodohan adalah keadaan dan situasi di saat kurangnya pengetahuan terhadap sesuatu informasi bersifat subjektif. Hal ini tidak sama dengan tingkat kecerdasan yang rendah (kedunguan), seperti kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Kata “bodoh” adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan di saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tapi masih memiliki kemampuan untuk memahaminya. Namun, di sini saya akan membahas kebodohan dari sudut pandang pendidikan.
Di Indonesia sendiri angka kebodohan sendiri pun masih sangat tinggi ini terlihat dari keadaan negara ini yang masih memiliki angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi. Memang ini suatu hal yang sangat ironis kalau mengingat negara ini sudah 68 tahun merdeka tanpa suatu kemajuan yang sangat berarti karena kenyataannya negara kita masih tertinggal oleh negara tetangga. Dan parahnya keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk bisa memenuhi hawa nafsunya, karena yang bodoh semakin bodoh dan yang pintar pun dibodohi.
Hal kebodohan seperti ini bisa disebabkan oleh kualitas pendidikan dan kesejahteraan yang belum merata. Masalah seperti ini memang harus segera cepat ditangani kalau kita mengacu bahwa negara kita sedang menghadapi era globalisasi, kalau tidak Negara ini akan sangat tertinggal. Karena di era seperti ini tekhnologi dan informasi berkembang sangat cepat dan bukan tidak mungkin kelak kemudian negara kita akan terjajah kembali seperti dulu, tapi bedanya kelak kita akan dijajah oleh tekhnologi. Maka dari itu pemerintah kita harus sebisa mungkin menekan angka kebodohan agar negara tidak mudah diperbudak oleh permainan teknologi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kebodohan di Negara ini, yaitu :
- Kualitas pendidikan yang lebih baik dan merata harus lebih ditingkatkan.
- Kesejahteraan masyarakat pun harus lebih ditingkatkan lagi agar mereka bisa mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang lebih baik lagi.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi setiap mereka yang putus sekolah.
Salah satu contoh bentuk kebodohan yang masih dipelihara adalah mahalnya pendidikan berkualitas. Ini adalah sumber dari kebodohan rakyat di negeri ini sehingga para pemilik kapital dengan leluasa merampok habis-habisan sumber daya alam milik rakyat tanpa ada perlawanan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan nasional adalah sumber dari berbagai macam tujuan pendidikan. Dikatakan demikian karena melalui pendidikan kita sadar untuk mengembangkan generasi muda kita ke suatu keadaan yang selaras dengan kebutuhan, filsafat bangsa kita. Kita menginginkan agar anak-anak bisa menghayati dan mengamalkan Pancasila dan berperilaku menurut UUD 1945. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional akan mewarnai dan sangat mempengaruhi rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang lain. Dapat pula dikatakan Pancasila adalah merupakan dasar dan sekaligus tujuan pendidikan di Indonesia untuk segala macam tingkat pendidikan.
Upaya pengentasan kebodohan di Indonesia, yaitu melalui faktor dari dalam dan luar manusia:
- Faktor dari dalam:
- Motivasi adalah kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatau tujuan.
- Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek
tertentu.
- Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
- Kebiasaan adalah cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara
berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat
otomatis.
- Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri
pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu bersangkutan.
- Faktor dari luar:
- Keluarga
Peran keluarga tidak kalah penting dibandingkan sekolah. Bahkan pengaruh keluarga jauh mendahului sekolah. Keluarga harus bisa menjadi keluarga Pancasila yang membentuk insan Pancasila. Anak-anak akan semangat untuk bersekolah karena adanya dorongan dari keluarga. Bila keluarga kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, maka akan kita jumpai kebodohan yang memasyarakat.
- Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugas makhluk Tuhan, makhluk sosial dan sebagai individu (pribadi) yang mandiri. Pendidik bertugas sebagai medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Saat ini bangsa Indonesia membutuhkan pendidik yang rela berkorban dan ikhlas turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kita mengetahui, di derah-daerah pedalaman yang jauh dari teknologi memiliki generasi muda yang semangat untuk belajar. Namun, belum adanya pendidik yang professional di daerah mereka.
- Sarana pendidikan
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang apat dipergunakan pendidik dalam usahanya untuk mencapi tujuan pendidikan. Sarana pendidikan meliputi hal-hal berikut: ruangan, peralatan, untuk kegitan belajar, dan media pendidikan. Dalam kenyataan di lapangan, di daerah-daerah yang terisolir atau kota-kota besar, masih dijumpai gedung sekolah yang tidak layak pakai. Hal tersebut akan mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.
- Lingkungan hidup
Kegiatan pendidikan di manapun selalu berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang dan waktu. Lingkugan dapat dikatakan sebagai pendidik yang tersembunyi. Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan generasi muda sangat besar, maka lingkungan perlu dibina dengan sungguh-sungguh agar menjadi tempat yang subur untuk bekal generasi muda. Lingkungan yang mendukung akan lebih mudah dalam proses mengentasan kebodohan.
- Pemerintah
Pemerintah sudah menganggarkan dana untuk dunia pendidikan, namun dalam praktiknya masih sulit untuk dilihat keberhasilannya. Perlu adanya pemimpin-pemimpin yang mampu dan bisa melaksanakan keputusan yang telah dibuat secara bijaksana dan adil. Untuk itulah, maka pemerintah telah membentuk Komite Reformasi Pendidikan, dengan tujuan untuk menyiapkan substansi dan strategi reformasi sistern pendidikan nasional, menyesuaikan sistem pendidikan nasional dengan prinsip-prinsip desentralisasi, otonomi, dan keadilan dalam rangka peningkatan mutu, efisiensi, efektivitas pengelolaan pendidikan, dan peranserta masyarakat secara luas di bidang pendidikan agar sesuai dengan tuntutan global dan keanekaragaman aspirasi daerah.
- Internet
Internet adalah modal produktif dan konsumtif, ia dapat berefek positif atau negatif, ia adalah pisau bermata dua. Di sini pentingnya ilmu dan kesadaran atau niat pengguna internet, jika ia berniat dan sadar untuk mencari pengetahuan baru dan relasi sosial atau bisnis di internet, ia akan menemukan, tetapi jika ia berniat untuk pornografi, chating yang hanya menghabiskan pulsa telepon, ia pun akan menemukan dengan mudahnya. Komputer dan internet dapat menjadi alat pemberantas kebodohan dan kemiskinan. Jika merupakan alat pemberantas kebodohan, dengan jelas kita sudah ketahui, di internet kita dapat mencari berita terkini di segala bidang, materi agama dan teknologi, bertanya tentang suatu hal kepada user lain di tempat yang jauh, berdiskusi di dalam suatu forum atau chating yang bermanfaat. Itu adalah beberapa di antara penggunaan internet yang produktif yang dapat menjadikan diri kita pintar.
Daftar Rujukan
I, Mawardi, A. 1986. Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila.
Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada.
B, Suryosubroto. 1990. Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.