Masyarakat Informasi : Suatu Usaha Peningkatan Literasi dengan Peran Perpustakaan

posted in: GPAN Regional Malang | 0
https://images.app.goo.gl/nTWLkB6ndVCV7KqF6

Era globalisasi, di mana semua informasi didapatkan kapan saja dan di mana saja melalui internet dengan mudah. Globalisasi membuat masyarakat tidak dapat terlepas dengan telepon genggam mereka, yang digunakan untuk mengakses informasi sekaligus berkomunikasi dengan yang lain. Segala sesuatunya dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. Kegiatan masyarakat yang ada di dunia nyata saat ini juga dapat digantikan dengan teknologi infomasi. Membeli makan, baju, buku ataupun peralatan lainnya, bermain games, membaca berita, berkomunikasi dengan yang lain, mereka dapat melakukannya secara maya.

Cyberspace atau dunia maya dapat diartikan dengan media elektronik dalam jaringan komputer yang dipakai masyarakat untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal balik secara online. Dengan adanya cyberspace membuat segala sesuatu yang dilakukan masyarakat dapat menjadi lebih mudah.

Cyberspace telah mengalihkan berbagai aktivitas manusia (politik, sosial, ekonomi, kultural, spiritual, maupun seksual) di dunia nyata ke dalam berbagai bentuk substitusi artifisialnya, sehingga apapun yang dapat dilakukan di dunia nyata kini dapat dilakukan dalam bentuk artifisialnya di dalam cyberspace. Cyberspace menciptakan sebuah kehidupan yang dibangun sebagian besar—mungkin nanti seluruhnya—oleh model kehidupan yang dimediasi secara mendasar oleh teknologi, sehingga berbagai fungsi alam kini diambil alih oleh substitusi teknologisnya, yang disebut kehidupan artifisial (artificial life) (Pilliang, 2012).

Masyarakat tentunya juga akan terus mengembangkan teknologi agar memudahkan pekerjaan mereka. Teknologi saat ini yang sudah paling canggih mungkin bisa lebih canggih lagi pada sepuluh tahun yang akan datang. Pekerjaan yang masih dilakukan oleh manusia saat ini bisa saja akan digantikan oleh teknologi di tahun-tahun yang akan datang.

Akhir-akhir ini, dengan seiringnya perkembangan zaman dan juga teknologi informasi, kita pasti sering mendengar istilah masyarakat informasi. Masyarakat informasi, sebuah label yang mulai bermunculan sejak periode awal Perang Dunia II. Kala itu para ilmuwan, insyinyur, dan matematikawan sudah tertarik akan sistem informasi dan teknologi yang kemungkinan membantu mereka untuk mewujudkan harapan akan kontribusi kecerdasan buatan dan robotika. Pada periode yang sama, para ekonom juga berharap bahwa hasil produktivitas yang diperoleh mekanisasi dapat digantikan oleh otomasi. Para pembuat kebijakan berusaha mempertahankan pekerjaan dan pertumbuhan, dan pekerja informasi (seperti pustakawan) berusaha untuk meningkatkan akses ke pengetahuan dengan menyusun alat yang lebih baik untuk mengakses informasi.. Saat ini kita sudah berada dalam periode perubahan sosial yang intens. Banyak penulis yang berpendapat bahwa Barat sekarang sedang mengalami pergeseran besar dari masyarakat industri ke masyarakat informasi. Sebagian lain berpendapat bahwa pergeseran itu telah mempengaruhi kemampuan orang untuk memahami perubahan cepat.

John Naisbitt dalam (Choi, t.t.) mengungkapan bahwa pada 1965, untuk pertama kali dalam sejarah Amerika, jumlah pekerja ahli di bidang teknik, manajemen dan administratif melampaui jumlah buruh. Industri di Amerika memberi jalan bagai lahirnya masyarakat baru. Di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebagian besar dari kita bekerja dengan informasi, bukan untuk menghasilkan barang. Hal ini menunjukkan bahwa sudah sejak lama masyarakat informasi terus berkembang hingga saat ini. Dengan teknolgi yang terus berkembang maka tidak dapat dipungkiri bahwa nantinya semua pekerjaan manusia akan berhubungan dengan teknologi, bahkan bisa saja teknologi yang akan menggantikan pekerjaan mereka.

Perubahan-perubahan juga mulai tampak di sektor ekonomi, di mana awalnya dari menghasilkan produk barang menjadi penghasil produk jasa. Perubahan tersebut dapat dikaitkan dengan majunya pendidikan di Amerika sehingga dapat menghasilkan ahli-ahli yang profesional, di mana kelas mereka lebih banyak bekerja dengan otak daripada tangannya. Perusahaan-perusahaan raksasa industri dengan teknologi tinggi seperti Microsoft, Intel, Booeing, dan NASA juga menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sumber utama mereka. Dengan ilmu pengetahuan mereka dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru di bidang teretntu. Selain itu, ilmu pengetahuan juga sangat penting bagi suatu negara.  

Masyarakat informasi atau informastion society merupakan suatu kondisi masyarakat yang hidupnya sangat bergantung terhadap informasi. Segala kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan informasi. Lahirnya masyarakat informasi tidak dapat dipisahkan dengan masuknya komputerisasi ke dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat informasi berawal dengan bergabungnya pengolahan data dengan komputer dan telekomunisasi dan membentuk suatu jaringan tersendiri dalam berbagai aspek seperti perusahaan, pemerintahan, bank, pertokoan, dan sebagainya. Selain itu informasi juga dapat digantikan dari fisik menjadi elektronik (digital). Ketergantungan masyarakat akan komputer dan berbagai media digital lainnya merupakan salah satu ciri dari masyarakat informasi.

Beberapa tahun yang lalu masyarakat memang sudah dikaitkan dengan informasi. Peran informasi untuk masyarakat sangatlah luar biasa. Informasi merupakan sekumpulan data yang dikelola agar dapat dengan mudah dipahami. Dengan informasi kita dapat menambah ilmu pengetahuan yang nantinya akan membawa perubahan baik menuju positif maupun negatif, tergantung jenis informasi yang dikonsumsi. Dengan adanya informasi tentunya juga membuat masyarakat harus mengelolanya.

 Selain membawa dampak positif, informasi juga membawa dampak negatif. Dengan segala kemudahan yang diberikan untuk mengakses informasi, masyarakat pastinya pernah mengalami rasa kebingungan dalam memilih informasi yang benar sehingga kesulitan untuk mengolahnya, kondisi ini dapat disebut dengan Information overload. Informasi yang tiap harinya terus mengalir tidak dapat memungkinkan ada beberapa diantaranya bukanlah kebenaran sebenarnya. Oleh karenanya masyarakat haruslah pintar-pintar memilih informasi apa untuk dikonsumsi. Rasa ketidakpuasan masyarakat akan informasi membuat mereka terus menerus mencari informasi. Hal tersebut bukanlah perkara mudah untuk menanggulanginya. Salah satu yang dapat dilakukan ialah meningkatkan literasi agar masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi.

Literasi merupakan sebuah kemampuan membaca serta menulisnya. Saat ini literasi dapat diartikan lebih luas lagi dan bermacam-macam, seperti : literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Dapat diartikan literasi merupakan usaha untuk lebih memahami suatu bidang.

Seseorang dapat dikatakan literat jika mereka sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap bacaan tersebut. (Naibaho, 2007).

Salah satu diantara berbagai macam literasi ialah literasi informasi. Sejak era delapan puluhan, perpustakaan Amerika telah memfokuskan literasi informasi (information literacy). Menurut American Library Association (ALA) dalam (Naibaho, 2007) mengungkapkan bahwa literasi informasi merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki setiap warga dan berkontribusi dalam mencapai pembelajaran seumur hidup. Dengan literasi informasi masyarakat dapat meningkatkan kualitas mereka karena lebih mudah memahami suatu informasi serta dapat memilahnya.

Literasi informasi dapat dikaitkan dengan pembelajaran seumur hidup sebab dengan literasi informasi kita akan memiliki kemampuan intelektual sehingga dapat berpikir kritis dan berpendapat. Dalam era informasi seperti ini, literasi informasi merupakan sebuah komponen utama. Zurkowski (orang pertama yang menggunakan konsep literasi informasi) dalam (Naibaho, 2007) menyatakan bahwa orang yang terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi (information literate).

Dalam pengajaran literasi informasi, lembaga yang memiliki peran penting adalah perpustakaan. Perpustakaan bertugas agar masyarakat informasi lebih memiliki pemikiran yang kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup. Pada era 80-an perpustakaan Amerika memberikan perhatian khusus pada peran mereka terhadap proses pembelajaran. Pustakawan mulai memperhatikan hubungan antara pendidikan pengguna, literasi informasi, dan pembelajaran seumur hidup. Selain itu pustakawan juga harus mengajarkan pengguna untuk mengelola informasi, seperti contohnya menggunakan apilikasi teknologi baru. Di tahun yang sama, Amerika memiliki dua dokumen penting yakni : penekanan terhadap peran perpustakaan dalam pengajaran literasi informasi yang memfokuskan perannya untuk mencapai kemajuan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peprustakaan dan isu pendidikan merupakan suatu kombinasi dari literasi informasi. Pendidikan harus membantu pelajar agar menjadi pembelajar seumur hidup, dengan syarat mereka harus mampu selektif terhadap informasi, mampu memilah informasi secara tepat untuk segala kebutuhan baik kehidupan pribadi maupun profesi.

Dengan demikian sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita melek akan informasi agar tidak terjerumus ke dalam pemahaman yang salah. Sebagai mahasiswa yang merupakan seorang pelajar kita harus mengerti arti penting dari peprustakaan. Dalam masyarakat informasi, untuk mengukur lulusan perguruan tinggi adalah dengan mengetahui kemampuan mahasiswanya untuk mengarahkan diri menjadi pemelajar mandiri. Peprustakaan merupakan suatu tempat pengetahuan di mana semua disiplin ilmu berkumpul dan berhubungan. Perpustakaan beserta pustakawannya dapat membantu pengajaran mahasiswa agar berpikir lebih kritis.

Penulis : S. Nuril

Editor : Zalfa Salsabila

Sumber:

Choi, V. (t.t.). Masyarakat Informasi DOC. Diambil dari https://www.academia.edu/16578314/Masyarakat_Informasi_DOC

Mansell, R. (2010). The life and times of the Information Society. Prometheus, 28(2), 165–186. https://doi.org/10.1080/08109028.2010.503120

Naibaho, K. (2007, Desember 9). Menciptakan Generasi Literat Melalui Perpustakaan [Journal article (Paginated)]. Diambil 17 Desember 2018, dari http://eprints.rclis.org/12549/

Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori Sosial Kontemporer – Rahma Sugihartati – Google Buku. (t.t.). Diambil 17 Desember 2018, dari https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=AJFBDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA57&dq=masyarakat+informasi&ots=XpNysWMlvL&sig=r2bdkxOWpW3rxY4mvhe4-Ny8UBY&redir_esc=y#v=onepage&q=masyarakat%20informasi&f=false

Pilliang, Y. A. (2012). MASYARAKAT INFO

Comments are closed.