Dengan jumlah penduduk mencapai hampir 262 juta jiwa, tingkat literasi di Indonesia menduduki posisi ke 60 dari 61 negara, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi terendah kedua dari segi literasi. Hal ini didasarkan pada survey yang telah dilakukan oleh UNESCO pada tahun 2012 terhadap minat baca di 61 negara, Indonesia memiliki minat baca sebesar 0,001 persen yang berarti Indonesia menempati peringkat kedua terendah. Hal yang sangat berkebalikan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia.
Rendahnya tingkat literasi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi minat baca di Indonesia, salah satunya adalah kurangnya jumlah buku bacaan yang beredar serta minimnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca. Selain itu, rendahnya tingkat literasi di Indonesia juga disebabkan karena masyarakat lebih tertarik untuk bermain gadget daripada membaca buku. Berbagai sosial media yang muncul semakin membuat masyarakat tidak melirik buku-buku bacaan yang ada.
Hal ini dibuktikan dengan survey yang telah dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJJI), yang menyatkan jumlah pengguna internet di Indonesai mencapai 62 juta jiwa atau sekitar 24, 23 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.
Dari dua fenomena tersebut kemudian muncullah tren baru di dunia literasi, yakni literasi digital. Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Hal tersebut dapat dijadikan celah bagi pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat literasi di Indonesia yakni dengan mengalihkan buku-buku cetak ke dalam bentuk e-book. Melihat banyaknya pengguna internet di Indonesia yang mencapai 62 juta jiwa atau sekitar 24, 23 persen dari jumlah penduduk di Indonesia hal ini tentu akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan literasi di Indonesia.
Kenyataan yang ada di lapangan bahwa orang-orang lebih tertarik untuk membawa dan membaca gadget daripada buku merupakan sambutan positif untuk mengalihkan buku cetak ke dalam bentuk e-book.
Buku dalam bentuk e-book akan memudahkan orang-orang untuk membaca buku, sebab mereka tidak perlu lagi membawa buku-buku ketika bepergian, cukup dengan satu smatrphone buku-buku yang ingin dibaca sudah tersedia.
Selain menguntungkan dari segi kepraktisan, e-book juga akan meminimalkan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli buku. Sebab beberapa orang yang baru membangun minat baca kadang merasa “takut” membeli buku-buku cetak yang harganya relatif mahal. Dengan mengalihkan buku cetak ke dalam bentuk e-book tentu akan membuat orang-orang menjadi lebih bersemangat untuk membaca karena tidak perlu mengeluarkan uang yang cukup banyak.
Selain memudahkan masyarakat untuk membeli, mengalihkan buku cetak ke dalam bentuk e-book juga dapat meminimalisasi biaya percetakan buku yang selama ini memerlukan cukup banyak biaya. Dengan begitu, penulis-penulis pemula tidak merasa takut ketika akan menerbutkan karya buku sebab biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan hal yang mau tidak mau harus dilalui. Menghadapi fenomena tersebut tak jarang mengharuskan semua aspek kehidupan berubah. Kepraktisan dan kemudahan yang merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi dan komunkasi lama kelamaan akan membuat buku cetak terpinggirkan, hal ini kemudian menjadi penyebab minimnya tingkat literasi di Indonesia. Mengalihkan buku cetak ke dalam bentuk e-book pun merupakan solusi yang tepat untuk saat ini guna meningkatkan minat baca di Indonesia.