Ada banyak cara manusia untuk tetap tersenyum sepanjang hari dengan tujuan menguatkan dirinya sendiri. Sebagian memilih tertawa lantang dan berbagi senyuman di saat bertemu orang lain, lalu menangis sejadi-jadinya di malam hari. Sebagian memilih untuk tidak banyak berkata-kata, memilih diam dan tersenyum, lalu mencoretkan lukanya dalam sebuah tulisan. Sebagian memilih tersenyum sambil menahan tangis, yang kemudian pecah saat waktu memberi kesempatan pada dirinya untuk sendirian di atas sepedanya. Dan sebagian besar dari yang tersenyum tapi pura-pura bahagia, adalah yang terbohongi. Ialah yang tertipu oleh waktu. Ialah yang terlanjur meyakini angan-angan.
Kali ini, aku memilih menjadi bagian dari ‘sebagian’ yang ke-dua. Selamat membaca sahabat literasiku.
~
Waktu
Aku membenci waktu
Sebuah hal yang terus berjalan
Tak peduli bagaimana sakitnya hati
Tentangmu
Aku membenci waktu
Yang terus berjalan
Pada kebohongan yang seringkali kutanyakan
Pada bisu yang terus kau lakukan
Hingga akhirnya kutemukan
Aku membenci waktu
Yang harus berjalan di sini
Yang harus tetap ada
Dengan mengenang rasa
Bersalah
Aku membenci waktu
Untuk yang terlewat
Untuk segala harap
Untuk segala ketidaktauanku
Waktu, akhirnya kecewakanku.
Mojokerto, 27 Mei 2020 14:48
~
Hanya Udara
Setia
Ialah kata yang sempat kupercaya
Sebuah naskah omong kosong
Secarik kertas penuh sesak oleh semak-semak
Lalu perlahan semua memudar
Setia yang kujaga,
Nyatanya tawa candamu
Tidak pernah ada kisah
Yang diawali langsung dengan mesra
Semua berjalan perlahan
Dimulai dari prasangka
Tentang mungkinkah rasaku kan jadi satu-satunya
Namun bukan kali ini saja
Kutemui kamu yang tak ada
Sederas apapun hujan membanjiri netraku
Sepertinya hanya udara, yang tak perlu kau abaikan
Mojokerto, 27 Mei 2020 15:27
~
Aku Ketakutan
Tubuhku menggigil kedinginan
Hatiku rapuh layaknya reruntuhan
Aku takut, tentang senyuman yang bertahun-tahun ini milikku
Aku takut, tentang lengan yang bertahun-tahun ini kurengkuh
Aku takut, tentang sekadar pujian cantik yang diberikan padaku
Aku takut, tentang kesukaanmu pada panjangnya helai rambutku
Aku takut, tentang kerinduan yang seolah hanya untukku
Aku takut, tentang jemari hangat yang seringkali kujerat erat
Dimiliki yang lain
Bagaimana bisa aku menjadi buta
Hingga sepanjang waktu yang ada
Kuhabiskan dengan prasangka
Dengan ketakutan
Lalu pada derasnya hujan,
Sembari tersenyum, kamu mulai mengeja
Membenarkan segala takutku.
Mojokerto, 27 Mei 2020 16.48
~
Lelaki Bertubuh Jerami
Aku kehilangan kata-kata
Lidahku kelu
Dadaku sesak bergemuruh
Nafasku terengah
Tubuhku tak juga kau rengkuh
Kau peluk aku dalam dingin
Samar-samar dahagaku terasa ngilu
Sakitnya tak berkesudahan
Sekuat apapun jerami bertahan
Ia akan dihadapkan pada kenyataan
Tentang meleburnya tubuh pada api
Atau lapuk diserang waktu
Kamu adalah sepasang jarum dan jerami
Terlelap di hangat pelukmu ialah hal terbaik yang kusukai
Hingga satu hari itu datang
Kamu yang menyimpan jarum dengan baik
Dengan harap tak akan melukaiku
Menusukku bertubi-tubi
Mencacah kewarasanku
Memeras habis air pada netraku
Aku selalu menyimpan sebalok besar es tiap kali bersamamu
Memastikan tak ada ragu yang kusisipkan tentangmu
Aku masih menangis tersedu
Adakah yang lebih menyakitkan ketimbang sebuah rasa terbohongi?
Mojokerto, 28 Mei 2020 18:22
~
Bukan Aku
Menyakitiku adalah sembuhnya sakitmu
Tereja oleh senyum yang tak lepas dari bibirmu
Sedang aku masih tersedu
Nafasku masih memburu
Berbagi tawa denganku bukanlah satu-satunya bahagiamu
Aku ilusi yang kau penjarakan
Pada kenyataan hari ini
Tentang yang dicintai, yang berpaling dari sisi
Yang memilih pergi
Yang dihangatkan hatinya,
Namun bukan olehku
Dan tentang aku,
Isi kepalaku.
Mojokerto, 31 Mei 2020 08.00
Princessthumbelina/GPANMOJOKERTO