Dunia di Sekitar Kita : Belajar dari Seekor Burung Hantu

posted in: Karya | 0

Penulis : Viand Wahyudi (Anggota GPAN Kepanjen)

Kita telah mengamati bahwa rata-rata, orang bekerja pada umumnya delapan jam. Dimulai dari jam tujuh pagi dan pulang pada jam empat sore. Dan biasanya orang-orang di Indonesia, usai pulang kerja mereka bisa langsung istirahat dan makan. Ketika jam sudah menunjukkan jam lima sore, umumnya setiap orang pasti sudah mandi dan bersiap diri untuk melakukan shalat maghrib, usai shalat maghrib pun, setiap keluarga baik ayah atau ibu dan juga anak, selalu mengisi waktu kebersamaanya di ruang tamu, baik itu bersenda gurau, bermain game online maupun menonton televisi, karena waktu di malam hari adalah waktu yang paling baik bagi keluarga untuk beristirahat.

        Kita mungkin pernah berfikir, seandainya aktifitas seperti ini sudah terbiasa kita lakukan setiap hari, kapankah kita bisa punya waktu untuk berolahraga, belajar, dan mungkin saja menulis buku. Mungkin barangkali kita bisa menyempatkan waktu untuk melakukan hal itu di hari minggu saja, atau pas lagi liburan saja. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang bekerja di Bank, mereka masuk kerja jam tujuh pagi, sementara sampai pulang ke rumah sekitar jam tujuh sampai jam delapan malam. Sangat disayangkan sekali bukan, bekerja di tempat yang bersih, nyaman dan keren sementara waktu bersama keluarga dan waktu untuk mengembangkan diri jadi tersita.

        Coba kita bayangkan sejenak. Malam ini  adalah malam minggu, malam dimana para anak-anak muda pergi ke pusat kota untuk menikmati suasana malam minggu disana. Dan untuk kali ini, kita mencoba untuk mencari hiburan di luar rumah. Kebetulan selagi ada uang yang cukup, kita juga menyempatkan diri untuk bermain-main ke kota. Tanpa disadari sekitar jam setengah sembilan malam, ada seekor burung yang besar berwarna putih terbang di atas kita, kita merasa penasaran dan kita coba ikuti kemana burung itu terbang dan hinggap di salah satu pohon yang tak jauh dari lokasi tempat kita nongkrong. Kita pun mulai mengamati burung itu dan ternyata itu adalah burung hantu. Tubuhnya yang besar berwarna putih, matanya besar dan tajam.

         Semenjak kecil kita semua mungkin sudah pernah melihat burung hantu, meskipun tidak kita jumpai setiap hari. Saya jadi teringat dimana dulu tetangga saya, juga ada yang pernah memelihara burung hantu yang sangat lucu ini. Jika kuperhatikan dari burung hantu tersebut, rasanya aku jadi ingin tahu semua tentangnya.

        Yang saya tahu, burung hantu itu bekerja di malam hari, disaat manusia semua sedang terlelap tidur, dan disaat semua manusia sedang beristirahat. Apa yang dilakukan oleh burung hantu di malam hari tidaklah sia-sia, bahwa apa yang sedang dilakukannya tidak lain hanyalah ingin memenuhi kebutuhannya untuk makan. Barang kali jika seandainya kita mempunyai anak kelinci yang berkeliaran di depan rumah kita atau mungkin kita mempunyai seekor ayam, tidak ada salahnya bagi burung hantu tersebut untuk memangsannya, karena apa yang dilakukan sudah menjadi haknya dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Apa yang bisa kita ambil pelajaran dari burung hantu tersebut? Bacalah dulu ilustrasi berikut ini!

        Jika malam ini kita mengisi waktu di malam minggu, atau di malam-malam lainnya, entah itu bermain dan berjalan-jalan, pasti tidak sedikit kita temui orang-orang yang berjualan di pinggir jalan. Waktu di malam hari apalagi di malam minggu adalah malam yang tepat bagi anak muda untuk bermain-main ke kota. Tidak bisa dipungkiri lagi, yang pasti disaat kita sedang main-main, kita pasti membawa uang sebagai kebutuhan kita untuk membeli aneka jajanan.

        Usai mengisi waktu bermain-main di kota, jika waktu telah menunjukkan jam 11 malam, disaat kita dalam perjalanan pulang, kita pasti menemukan banyak berbagai macam sampah di pinggiran jalan, apalagi jika jalanan itu daerahnya dekat dengan lokasi acara konser atau usai pertandingan sepak bola di stadion, pasti banyak sekali sampah-sampah yang berserakan disitu, yang membuat diri kita merasa risih.

        Lalu kita pulang dan tertidur. Tak terasa suara adzan subuh telah terdengar keras di telinga kita. Kita segera menuju masjid untuk menunaikan kewajiban sebagai umat islam dalam menjalankan shalat subuh di pagi hari. Usai shalat subuh kebanyakan dari kita terkadang kembali beranjak untuk tidur lagi. Sementara tidak banyak dari kita untuk melakukan aktifitas yang menyehatkan seperti lari pagi.

          Ketika kita beraktifitas di pagi hari, kita mungkin sudah melihat dan mendapati jalanan yang sudah bersih. Kita teringat, padahal semalam kondisi jalanan sangat kotor dan penuh dengan sampah, seakan kita bertanya-tanya, siapakah yang melakukan hal ini, yang dengan sukarela membersihkan jalanan yang penuh dengan sampah. Setelah kita menelusuri dari pertanyaan itu, ternyata orang-orang yang bekerja dalam membersihkan jalanan itu adalah para buruh-buruh pekerja dari dinas Lingkungan Hidup atau yang lebih kita kenal dengan sebutan pasukan kuning.

        Jika kita mau untuk menyadari, betapa berat  pekerjaan mereka, bekerja dalam suasana langit yang sangat gelap, disaat semua orang tengah terlelap tidur. Terkadang kita selalu meremehkan dari pekerjaan mereka. Kita seolah-olah menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan mereka tidaklah keren, karena tidak semua orang mau untuk menjadi penyapu jalanan. Apakah selama ini kita menyadari, bahwa kita sudah menyakiti mereka secara pelan-pelan?

          Jawabannya adalah iya, bahkan sering tanpa sadar kita sudah memberikan beban yang cukup berat bagi mereka, buktinya jika kita mau untuk mengoreksi diri kita pribadi, seberapa sering kita membuang sampah sembarangan di jalan, seberapa sering kita meludah bahkan kencing di pinggir jalan. Memang belum tentu ada orang-orang di sekitar kita yang memiliki inisiatif dalam membantu para penyapu jalanan. Bukankah semenjak kita bersekolah SD sudah diajarkan oleh guru bahwa membuang sampah dapat menyebabkan banjir.

        Hal ini menjadi pelajaran yang cukup berharga bagi diri kita, jika kita sudi dalam menanamkan arti dari nilai kebersihan dan keindahan. Kita tidak perlu membantu para penyapu jalan dalam membersihkan aspal maupun trotoar, kita juga tak perlu membantu mereka dalam membersihkan selokan yang tersumbat. Cukup bagi diri kita untuk disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya, dan jika kita melihat sampah di selokan kita ambil, lalu kita buang ke tempat sampah terdekat, itu sudah menjadi bagian dari diri kita untuk membantu mereka agar tidak terasa  berat dalam membawa beban. Mereka bekerja di malam hari seperti burung hantu sementara kita seenaknya saja dalam membuang sampah sembarangan.

        Contoh lain mungkin di sekitar kita masih banyak orang-orang yang bekerja di malam hari, seperti satpam, pekerja proyek bangunan, tukang tambal ban atau penjual nasi goreng. Mungkin dari beberapa profesi tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap kita, oke tapi bagaimana jika kita melihat profesi yang dilakukan oleh tukang pengaspal jalanan. Mungkin hari ini disaat kita berkendara, cukup banyak kita temukan lubang-lubang di jalan yang cukup membahayakan bagi pengguna jalan. Dari hal itu, kita cenderung memikirkan diri kita pribadi dibandingkan untuk kenyamanan bersama. Tanpa disadari di keesokan hari, ternyata jalanan aspal sudah mulus.

          Lubang demi luang telah ditutup dengan baik sehingga kita dapat berkendara dengan mulus dan nyaman. Menyikapi hal itu terkadang kita hanya bersikap biasa-biasa saja, jarang kita memikirkan siapakah orang yang sudah berjasa besar dalam membenahi jalanan ini. Kita mungkin tidak tahu siapa mereka, karena mereka bekerja disaat kita sedang terlelap tidur. Bekerja di malam hari itu layaknya seperti burung hantu, banting tulang mencari nafkah disaat orang-orang sedang tidur. Sekian, semoga bermanfaat.

Comments are closed.