Surat Terbuka untuk Ramadan 1442 H, Maaf Aku Masih Menjadi Manusia yang Sia-Sia

posted in: narasi | 0

Di penghujung Ramadan ini, aku berdoa supaya masih bisa berjumpa denganmu lagi di tahun-tahun selanjutnya. Aku tahu, sebanyak apapun persiapan untuk menyambutmu, masih saja aku tergelincir dalam kesia-siaan. Melakukan hal-hal yang tidak penting. Mendahulukan urusan duniawi yang tidak ada habisnya.

Di umurku yang sudah bukan anak-anak lagi, aku masih terlalu banyak bermain. Padahal kodratku adalah berdiam diri. Memperbanyak intropeksi dan mengevaluasi diri. Tapi bukan itu yang aku lakukan. Semakin berumur, semakin sering berkumpul. Semakin dewasa, semakin banyak kolega. Ramadan menjadi ajang bertemu dan bersapa. Sebenarnya bukan hal yang buruk, toh menyambung silaturahmi juga diajarkan oleh agama. Namun masih ada yang terasa janggal.

Tiga puluh hari menjadi waktu yang sangat singkat. Padahal di setiap harinya, ada fadhilah yang menanti. Setiap kebaikan bernilai ibadah. Namun, yang telah dilakukan bahkan bisa dihitung jari. Sudah berapa malam, malaikat menunggu untuk mengamini doa-doa yang dibisikkan ke langit? Sudah berapa lembaran-lembaran ayat suci pengganda pahala tidak terbaca? Sudah berapa rokaat berisi kebaikan-kebaikan terabaikan? Apalagi malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jangankan bertemu, merasakannya saja tidak.

Aku terlalu sombong. Dosa-dosaku tidak terhitung, namun enggan memohon. Adakalanya merasa harus sadar atas kebaikan-Nya. Namun, aku yang terlalu sibuk akan duniawi ini tidak terlalu menggubris bisikan hati nurani yang mengajak untuk beranjak.

Sungguh melewatkan kesempatan beribadah dan berbuat baik di bulan ini, menjadi hal yang disayangkan. Hari-hariku disibukkan dengan mengatur jadwal. Kesana kemari tidak mengenal lelah demi terlaksananya agenda-agenda yang melalaikan. Lalu sang bulan penuh ampunan akan segera pergi. Rasa sesal lantas menghantui. Hingga tanpa sadar esoknya sudah lebaran. Dalam hati menggerutu, “bisakah waktu dimundurkan?”

Tetapi hidup harus tetap berjalan. Aku yang tidak punya malu ini hanya bisa berdoa dan berharap. Semoga ibadahku yang tidak seberapa itu diterima oleh-Nya. Dan yang terpenting, semoga dipertemukan kembali di bulan Ramadan selanjutnya.

Comments are closed.