Oleh : Septo Ariek H
“ASHOLATU ‘ALA NABII WAS SALAMU ‘ALA ROSUL,ASYAFI ‘IL ABTHOHI WAL HABIBUL ‘AROBII”
Terdengar lantunan bacaan sholawat di sebuah lingkungan yang bukan dari lingkungan santri yang dilantunkan oleh sekelompok remaja yang bukan dari pesantren yang dengan semangat dan bangga untuk melantunkan sholawat itu, Rawi mereka menyebutnya, yaitu sebuah kitab yang berisi tentang sejarah hidup rosul.
Mereka adalah para remaja yang suka nongkrong atau kumpul-kumpul seperti pada umunya para remaja zaman sekarang. Mereka dirangkul oleh seorang pemuda yang bukan berlatar belakang agama,yang minim dengan ilmu agama, dan bukan berasal dari keluarga yang kental dengan agama. Pemuda itu sangat miris ketika melihat para remaja yang sudah terbawa arus pergaulan yang negatif ( nongkrong, kumpul bebas dengan para wanita, narkoba, tawuran dan lain-lain ). Bagi dia remaja adalah generasi penerus bangsa, agama, dan keluarga. Maka dari itulah pemuda itu merangkul mereka untuk mempelajari tentang ilmu agama sebagai pondasi hidup baginya, agar tidak terjerumus nantinya, agar bisa berguna bagi dirinya, keluarga, oranglain, dan agama. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat untuk orang lain.
Dengan keminiman dan keterbatasan ilmu agamanya dia berusaha mengamalkannya agar berguna untuk orang lain. Bukan tanpa halangan baginya dalam menjalani niatnya,selalu ada saja halangan untuk niat baik. Dengan bermacam halangan dia terus berusaha, menurut dia halangan adalah tantangan yang harus dilewati untuk membuat kita menjadi lebih dewasa lagi. Dari sekian banyaknya cobaan yang dilaluinya dari dalam diri dan orang lain, pemuda itu hampir saja berputus asa karena banyak orang yang menilai bahwa pemuda itu punya niat yang hanya untuk kepentingan pribadinya. Namun pemuda itu berubah pikiran dan semangat untuk terus maju dengan niat baiknya walaupun banyak orang lain yang mengahadangnya, entah karena orang lain itu sirik atau entah karena orang lain itu merasa terganggu dengan banyaknya para remaja yang dirangkul oleh pemuda itu. Saat keheningan malam dia bersujud dan menadahkan tangan seraya berdo’a pada Yang Maha Kuasa, seiring dengan tetesan air mata agar diberi kekuatan dan kemudahan dalam menjalani niatnya
Setelah pemuda itu berhasil merangkul para remaja, pemuda itu pun membentuk suatu perkumpulan dengan tujuan untuk membentengi keyakinan para remaja agar tidak terbawa arus perubahan zaman saat ini yang telah banyak keluar dari norma-norma agama. Bukan hanya keyakinan yang harus diperkokoh, lalu pemuda itu membimbing para remaja agar bisa menyikapi kehidupan ini dengan lebih sabar dan berprasangka baik atas takdir Allah, agar menjadi manusia yang sabar, sadar, dan ikhlas atas semua ujian yang dihadapinya. Lalu pemuda itu mengajari para remaja agar tidak tertipu oleh keindahan dunia dan agar tidak salah dalam menjalani menyikapi tujuan hidup.
Dengan adanya sebuah perkumpulan dengan para remaja seorang pemuda itu terus membimbing para remaja agar terus berbuat baik antar sesama manusia. Pemuda itu juga mengajari agar selalu menjaga sholat dan gimana agar sholat itu menjaga ucap, sikap, dan perbutan di keseharian, karena sholat bukan sekedar ritual dari sebuah gerakan tapi suatu ibadah sebagai pembuktian rasa syukur kepada Allah yang harus diterapkan di keseharian. Agar tidak sholat yang ogah-ogahan karena keterpaksaan dan jarang-jarang dan menjadikan sholat suatu kebutuhan dan pembelajaran awal dalam pembentukkan pondasi seseorang, hidup akan sia-sia tanpa melaksanakan sholat dan sholat akan sia-sia ketika kita masih mengikuti hasutan syetan. Dan juga diajarinnya cara membaca Al-Qur’an yang sekarang banyak orang yang sudah melupakan dan malas untuk membaca Al-Qur’an. Walaupun pemuda itu tidak begitu pandai dalam membaca Al-Qur’an tetapi pemuda itu tetap membimbing para remaja itu dengan ilmu yang dia miliki. Pemuda itu berharap agar para remaja itu dapat membaca Al-Qur’an . Pemuda itu terus berusaha agar para remaja mau membiasakan untuk membaca Al-Qur’an setiap hari walaupun hanya satu ayat. Dia pun mengatakan kepada para remaja “jangan membaca Al-qur’an diwaktu sempat doang,tetapi sempat-sempatin untuk membaca Al-Qur’an” .
Dan juga adap kita terhadap orang tua, guru, dan orang lain agar kita selalu menghormati, patuh, taat, dan lembut dalam bertutur kata kepada orang tua dan guru dan menghargai terhadap sesama
Hari demi hari pun dilewati oleh pemuda itu dengan penuh semangat dan keyakinan dalam menghadapi masalah yang selalu silih berganti menimpa dirinya. Setelah sekian lama berkumpul dengan para remaja, akhirnya para remaja membuktikan dengan mengamalkan ilmu yang telah diajari oleh pemuda itu. Dengan rasa bangga pemuda itu hanya bisa terharu karena ilmu yang telah diajarkannya dapat diamalkan dengan baik, walaupun kadang ia masih suka bersedih karena dari beberapa remaja masih belum dapat mengamalkan ilmu yang telah diajarakannya. Kadang ia masih merasa kecewa terhadap para remaja, karena para remaja terkadang masih berbuat salah, namun pemuda dengan penuh semangat untuk mengkokohkan keimanan para remaja agar tidak berbuat salah kembali.
Setiap malam minggu tiba para remaja berkumpul dan berkonvoi menggunakan kendaraan bermotor, yang bermaksud bukan ingin bersenang-senang dan bergembira ria yang sering dilakuakan para remaja pada umumnya. Namun ia berkumpul untuk mengikuti Majelis Dzikir yang dipimpim oleh gurunya pemuda tersebut yang mereka menyebutnya dengan panggilan Pak Ustadz, dengan setibanya disana para remaja pun mendapatkan bimbingan langsung dari Pak Ustadz, untuk memperbaiki ketauhidan kita kepada Allah dan akhlak kita terhadap sesama agar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya agar dapat bermanfaat untuk orang lain.
Para remaja pun akhirnya sedikit demi sedikit telah berubah pola fikir dan keyakinanya untuk menjalani kehidupan ini, walaupun keimanan para remaja masih suka naik turun namun seorang pemuda itu mengawasinya dari kejauhan agar para remaja tidak terjebak oleh dirinya sendiri.
Siang malam pun silih berganti ditiap waktunya, tatkala pagi hari tiba pemuda itu pun tertidur karena malam harinya ia lakukan untuk menuntut ilmu agama dan beribadah hingga waktu shubuh tiba setelah ia menunaikan sholat shubuh ia pun baru memulai istirahatnya. Disini pun kesabaran pemuda itu diuji karena banyak orang yang megira bahwa pemuda ini kerjaan hanya tidur, tidur, dan tidur bahkan dari keluarganya sendiri pun mengira seperti itu. Memang sudah hampir setahun pemuda itu mengundurkan diri dari dunia, bukannya pemuda itu belum ingin bekerja atau malas untuk bekerja tetapi pemuda itu ingin fokus untuk agama. Bahkan titel duniawi diabaikan, karena titel bukan hal yang untuk dibanggakan, tapi untuk ditanggung jawabkan. Tak sedikit orang yang tidak memahami niat baik pemuda itu, karena pemuda itu sering sekali difitnah oleh orang-orang yang tidak memahaminya.
Pemuda itu hanya bisa sabar atas ujian yang menimpa dirinya, dan tetap beribadah seperti biasanya. Ia pun tak memperdulikan orang-orang yang membencinya ia malah termotivasi dengan adanya ujian yang seperti itu, bahkan pemuda tetap kelihatan tenang dalam menghadapi ujian yang seperti itu, semua cacian dan hinaan hanya dibalas dengan diam dan senyuman. Pemuda itu pun hanya bisa mengadu disetiap do’annya, ia tetap bersabar dan yakin bahwa suatu saat dia akan merasakan sebuah kenikmatan walaupun pada saat ini ia sedang merasakan kesusahan yang dialaminya.
Dengan keteguhan hatinya, dia tetap menjalani dengan apa yang diyakininya walaupun ada saja pembicaraan di luar sana yang tidak mengenakkan. Pemuda itu beranggapan ujian yang susah untuk dilewati adalah ujian yang berasal dari keluarganya sendiri dan dia juga akan terus berperang dengan musuh-musuh Allah, terutama musuh yang ada di dirinya sendiri hingga ajal menjemputnya. Setiap hari pun pemuda itu tetap berusaha untuk memperbaiki dirinya sendiri, pemuda itu sering kali terjatuh dalam menghadapi masalahnya namun pemuda itu dapat bangkit kembali dari kegagalan tersebut.
Dia pun tetap berusaha untuk sabar walaupun dia selalu merasakan di dalam hatinya selalu terjadi pertempuran sehingga dia merasakan betapa sakitnya dikala sedang berusaha untuk bersabar, namun dia akan terus berusah sabar dalam situasi apapun. Dia juga beranggapan dunia itu emang masalah jadi sudah biasa kalau kita hidup di dunia selalu penuh dengan masalah, karena masalah itu untuk dihadapi dan bukan untuk dihindari. Dengan adanya masalah dia pun merasa menjadi lebih dewasa lagi karena dia mampu menghadapinnya dengan kesabaran dan hanya ada dua orang yang tidak akan kena masalah yaitu orang gila dan orang mati, jadi kalau kita mau terhindar dari masalah kita tinggal pilih salah satu dari dua pilhan tersebut. Dia pun beranggapan seperti itu .
Pemuda itu juga akan terus berusaha seperti “air” karena banyak pelajaran yang diambil dari air. Air pun dapat menghancurkan batu dengan sabar walaupun hanya dengan setetes demi setetes, begitu juga kita harus lebih bersabar dalam mengahadapi masalah. Air juga terus mengalir walaupun banyak batu yang selalu menghadangnya, begitu juga kita harus terus menjalankan sebuah kehidupan walaupun ada saja hadangan yang harus kita lewati. Dan masih banyak lagi pelajaran yang kita ambil dari air tersebut, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari air tersebut .
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, seiring pula dengan menipisnya keimanan manusia sehingga mudah tergelincir oleh ambisi duniawi, karena beranggapan harta dan tahta penyebab kebehagaian semata, disitulah letak kesalahan. Dengan ambisi mencari duniawi sehingga melalaikan norma-norma agama, telah banyak kita lihat betapa banyaknya manusia lebih mengedepankan atau mementingkan cita-cita duniawi dengan melupakan syari’at agama bahkan sampai merusak aqidah sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai cita-cita duniawi.
Pernahkah terbesit di hati dan fikiran kita, bahwa dunia hanyalah sementara seumpama jembatan dalam sebuah perjalanan yang hanya untuk dilalui bukan dijadikan tujuan. Mari kita rubah pola fikir kita untuk mengedepankan cita-cita akhirat, karena kematian adalah suatu hal yang pasti dan kadang lebih dekat pada kita walau kadang kita melupakan, Pernahkah terpikirkan “andai kita mati esok” sudahkah kita persiapkan diri untuk menghadapinya ? . Mari kita seimbangkan antara tujuan dunia dan tujuan akhirat dengan mengedepankan agama sebagai pondasi hidup dan untuk mencapai kebahagaian dunia dan akhirat.
Mampukah seorang pemuda itu terus berisitiqomah di jalan Allah dengan fenomena kehidupan saat ini yang banyak orang lebih membutukankan kebutuhan duniawi ? . Dapatkah kita merubah pola fikir kita untuk lebih bersyukur dan kembali ke jalan-NYA ? . Lalu bagaimana apabila pemuda tersebut telah tiada, masihkah para remaja itu tetap berkumpul dan menjalakan ajaran yang telah diajarkannya seperti saat pemuda masih ada ?
Mari kita mendo’akannya agar pemuda itu tetap istiqomah di jalan-NYA dan supaya pemuda tersebut diberi umur panjang agar dapat terus membimbing para remaja tersebut untuk menjadi manusia yang tahu akan tujuan hidup dan bagaimana dalam menyikapi kehidupan di dunia.
Semoga ada yang dapat kita ambil dari cerita ini, untuk membuka pola fikir kita agar lebih mendekatkan diri pada Illahi, jadikan setitik cahaya dalam kegelapan, dengan yang setitik dibangkitkan dan ditumbuhkan agar yang setitik menjadi sumber cahaya sehingga dapat menerangi kehidupan di hati, keluarga, dan lingkungan. Semoga kita semua menjadi generasi-generasi yang islam dan intelektual, sukses dunia akhirat dan berkah selamat dunia akhirat . Aamiin