Sehari dengan Nasionalisme

Oleh : Viini Hidayani

 

Siapa yang tak kenal Soekarno, Bapak Proklmator yang lebih akrab disapa Bungkarno ini adalah tokoh yang begitu dipuja karena pemikiran dan ideologi pancasilanya, juga tak sedikit dihujat karena perbedaan pandangannya dalam menyikapi suatu hal. Selain dikenal sebagai tokoh nasionalis, Bung karno juga begitu religius dalam beragama. Tsamara amany, mahasiswi sekaligus politisi muda yang tergabung dalam Partai solidaritas Masyarakat mengatakan dalam seminar yang bertajuk Bung Karno bahwa ada empat konsep islam yang dirumuskan Soekarno yang membuktikan ke-religiusan-nya.

Pertama islam adalah kemanusiaan, maka Soekarno sangat-sangat tidak setuju jika seorang yang mengaku Islam tapi mengabaikan hal-hal tentang kemanusiaan. Kalaulah kita tidak bersaudara dalam satu Agama, kita disatukan oleh ikatan yang bernama kemanusiaan. Dan kemanusiaan ini tentu melewati batas fisik, ras, agama maupun etnis. Jadi bisa dikatakan bukan kemanusiaan namanya jika Islam adalah Agama yang memerintahkan Jihad dengan cara membunuh orang lain, atau dengan mengutuk orang lain karena sebuah perbedaan.

Kedua adalah Islam yang anti Takfiri. Perlu kita tahu, isu kafir dan mengkafirkan ternyata bukanlah hawa baru yang muncul akhir-akhir ini terutama menjelang Pilgub Jakarta 2017. Pada masa Soekarno isu tersebut juga bisa dikatakan sudah ada bahkan lebih sentitif mengingat dulu tidaklah se-modern ini, baik dalam cara berpikir maupun teknologi.

Hidup dalam masa HTI berkobar dan kemudian dibubarkan seharusnya membuat kita berpikir banyak. Islam seperti apakah yang paling Ideal dianut oleh masyarakat Indonesia yang majemuk. Indonesia adalah negara yang mempunyai sekolah islam (madrasah), pesantren, dan perguruan tinggi terbanyak di dunia. Dengan jumlah yang banyak ini seharusnya Indonesia juga harus mempunyai kualitas yang baik untuk membuktikan bahwa Islam moderat adalah jalan terbaik untuk mencerdaskan putra dan putri bangsa, tambah bapak Dr. Hidayat Nur Wahid dalam sambutannya di Seminar Internasional yang dilaksanakan di Universitas Al-Azhar Indonesia  yang bertajuk Peran Perguruan Tinggi dalam Penguatan Pemikiran Islam Moderat.

Konsep Islam yang ketiga menurut Soekarno yaitu Islam adalah penggerak kemajuan, Islam adalah progress, penggagas kemajuan bangsa. Islam itu tidak hanya membahas aspek ibadah saja. Harun Nasution dalam bukunya-Islam ditinjau dari berbagai aspek juga menekankan bahwasanya islam itu begitu luas, semua hal dibicarakan dalam Islam, islam tidaklah statis dan monoton, Islam itu dinamis juga relevan dengan perkembangan zaman.

Keempat, Islam adalah kesetaraan. Maka omong kosong besar seseorang yang mengaku dirinya paham Agama namun masih menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, etnis lain atau ras lain.

Hari ini Islam begitu dipandang sebagai Agama yang ekstrem, jangan berbicara di kancah eropa, di dalam negeri pun Islam banyak menorehkan citra buruk, mulai dari bom di kampung melayu, aksi jihad para mahasiswa yang kadang tidak berdasar dan terakhir kasus takfiri yang semenjak era Soekarno sampai hari ini tidak pernah redup. Semua hal tersebut menimbulkan kekacauan dan perpecahan. Bukankah persatuan adalah hal yang dicita-citakan bangsa sejak dulu, lalu siapa yang bertanggung jawab atas buruknya citra Islam hari ini?

Orang-orang yang tergabung dalam kelompok Islam garis keras yang sedikit-sedikit mengkafirkan dan mem-bid’ah-kan orang lain menganggap bahwa gertakan dan pemberontakan dalam negeri adalah konsekuesi negara demokrasi. Tapi mereka lupa bahwa kebebasan yang mereka tuntut telah mem-persekusikan orang lain yang juga ingin bebas, mereka menghambat orang-orang yang berpikir bebas.

Melihat Amerika Serikat yang sekarang dipimpin oleh Donald Trump begitu jelas terlihat seakan Islam menjadi ancaman besar bagi kedaulatan sebuah negara, padahal mereka sering kali mengatakan bahwa Islam adalah agama monoton yang hanya berbicara aspek ibadah saja. Bingungnya saya, mengapa Agama yang dibilang monoton bisa mengancam kedaulatan dan mengganggu keamanan sebuah Bangsa. Isu terorisme? Mungkin teman-teman bisa melihat sendiri data statistik yang konkrit berapa banyak kasus terorisme yang telah melanda eropa lima tahun terakhir.

Islam phobia, siapa yang bertanggung jawab dengan hal itu? tanya pak wakil ketua MPR RI masih dalam sambutannya. Kitalah sebagai umat Islam yang mempunyai kewajiban untuk menjelaskan kepada masyarakat luas bagaimana hakikat Islam sesungguhnya. Biarkan Islam dikenal dunia karena akhlak yang baik dengan kualitas para muslim dan muslimahnya. Itu yang harus diperjuangkan pemuda hari ini. jawab pak Hidayat sendiri.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda pemudi yang lahir dari rahim Islam?

Anies Rasyid Baswedan atau lebih akrab disapa pak Anies menjawabnya dalam seminar yang sama di Universitas Al-Azhar Indonesia.

Dalam revolusi industri yang sudah memasuki zona ke-empat dimana kehidupan sekarang sudah mengaburkan fisik dan digital, karakter yang dibutuhkan oleh pemuda hari ini adalah:

  1. Akhlak, karakter tetaplah menjadi urutan pertama sekalipun dunia telah berubah menjadi apa yang tidak pernah tergambar saat ini. negera maju seperti Jepang tidak melunturkan nilai-nilai karakter dalam pendidikan anak-anak Bangsa-nya, karena itulah nilai-nilai yang baik sudah tertanam kuat ketika mereka beranjak dewasa.

 

  1. Punya niat baca dan daya baca, para anak muda jangan hanya memiliki niat baca saja, membaca pesan-pesan singkat di Whatsapp atau membaca status facebook yang isinya curahan hati tentang kekasih. Pemuda harus punya daya baca, membaca apa saja yang ditemukan, melahap segala ilmu pengetahuan, karena saat ini uang tidaklah penting dan menjadi esensi kekuatan, untuk sekarang dan masa depan pendidikan dan pengetahuanlah yang akan menjadi esensi kekuatan dan kekuasaan. Bukan armada perang, bukan negeri kaya tambang.

 

 

  1. Kompetensi, dalam kompetensi meliputi empat K, yaitu Kritis, Kreatif, Komunikatif, dan Kerja sama. Maka bukan pemuda namanya jika tidak bisa mengkritisi sesuatu dan memberi pendapat. Kreatif juga perlu karena ladang rezeki dan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terletak di Bisnis-bisnis kreatif para anak bangsa. Komunikatif dan Kerja sama juga merupakan komponen penting yang harus dimiliki anak bangsa untuk membuka hubungan dengan dunia luar.

Ber-islam dan ber-Indonesia-lah dalam koridor yang benar, ber-asaskan Pancasila sebagai dasar negara, juga tidak melupakan nilai yang terkandung dalam Al-qur’an dan As-Sunnah. Soekarno adalah contoh anak bangsa yang mampu menerjemahkan Islam secara substansi, bukan hanya berbicara kemasan. Dalam penutup seminar yang bertajuk Bung Karno, Muhammad Nur Arifin, Wakil Bupati Trenggalek mengatakan bahwa hal yang paling bahaya adalah ber-Islam dengan teks, bukan karena konteks.

Salam Mahasiswa, Salam Muda, Salam Merdeka!!

Comments are closed.