Menyesal – Sebuah Awal atau Akhiran (?)

 

oleh: Faruq Chan

Sesal yang menurut kamus bahasa Indonesia adalah perasaan tidak senang (susah, kecewa, dan lain sebagainya) karena telah melakukan hal yang kurang baik (kesalahan, dosa, dan semacamnya). Sehingga menyesal yang merupakan kata kerjanya dapat diartikan sedang mengalami perasaan yang tidak menyenangkan.

Semua orang pernah mengalami itu, tapi mungkin mereka menyikapinya dengan cara yang berbeda. Jika kita menyikapinya dengan sudut pandang itu adalah akhir dari sekian kegiatan atau proses yang telah kita jalani, hal yang pertama kali terjadi adalah anda akan berhenti untuk selamanya. Terlepas karena apa kalian “menyesal” itu dapat dijadikan sebagai awal dari sebuah proses baru, dimana kalian akan mencoba melakukan sesuatu untuk memperbaiki hasilnya.

Ada kiasan “nasi sudah menjadi bubur”, jika kita hanya meratapi itu maka yang terjadi adalah kita akan memakan itu dengan terpaksa, memakan itu dengan “perasaan tidak senang (kecewa, susah, dan lain sebagainya). Tapi, jika yang kalian lakukan adalah bagaimana menjadikan bubur itu masih nikmat, maka itulah sebuah proses baru, kalian bisa mencari ayam, menambahkannya dengan seledri, kedelai goreng, kaldu serta kecap, mungkin bukan hanya kalian yang akan menikmati itu, ketika rasanya menjadi enak, sangat besar orang-orang di sekitar kalian juga menikmati itu. Bahkan ketika orang di sekitar kalian ketagihan dengan apa yang pernah kalian suguhkan, bukan tidak mungkin kalian naik haji hanya karena menikmati dan juga berbenah akan proses yang kalian lalui.

 

Dan ternyata, hal ini juga berlaku untuk sebuah arti untuk sukses. Saya lebih sependapat jika ada yang mengartikan sukses itu adalah sebuah proses, karena jika sukses adalah sebuah hasil akhir, maka kalian hanya akan menikmati itu, berhenti cuma sampai di situ. Berbeda jika sukses itu merupakan sebuah proses, dan kalian akan terus melakukan sesuatu yang “sukses”, melakukan yang terbaik di setiap proses. Kata kuncinya masih sama; orang disekitar kalian juga akan merasakan manfaat dari apa yang kalian lakukan. Unsur kebermanfaatan masih menjadi indikator terbaik ketika sesuatu yang anda kerjakan merupakan kegiatan yang sukses, bukan hanya dirasakan oleh individu, tapi banyak orang.

Memang tidaklah mudah untuk beranjak dari rasa “menyesal”, tak semudah update status di medsos atau bahkan membalikkan telapak tangan. Tapi tetaplah berjalan, bukankah sesudah kesulitan akan tiba kemudahan. Di balik jalan yang sulit ada pemandangan yang mampu mengobati lelah setelah mencapai puncaknya.

Sedikit cerita dari seorang pendaki gunung, ketika seorang pendaki gagal untuk mencapai puncak yang dituju, dia juga merasa menyesal, bisa jadi itu karena persiapan perbekalan, rute jalan yang keliru, atau bahkan melakukan kesalahan dalam manajemen waktu. Jika saja seorang pendaki itu hanya merenungi kesalahan yang dilakukan, kemudian turun bersama rasa sesalnya, selama-lamanya dia tidak akan pernah melihat indahnya pemandangan di puncak. Beda cerita, ketika dia memutuskan untuk kembali menata tenaga, perbekalan, belajar rute jalan yang efektif dan efisien, serta memperkirakan waktu yang tepat untuk kembali menapaki perjalanan diantara bukit. “Can they see the beautiful view from the top?”, jawaban terbesarnya adalah “Yes, they can”, Karena mereka tau apa yang dituju dan memperjuangkan itu.

 

 

 

.

.

.

Comments are closed.