By Woro Abidah (GPAN Pusat & Kepanjen)
Banyak orang tua yang semakin sibuk sehingga menyerahkan anaknya kepada Smart Phone, banyak fitur – fitur yang menarik membuat anak lebih memilih menghabisakan kesehariannya di depan Smat Phone itu, selain berisi konten hiburan dan pendidikan banyak juga konten yang tidak sesuai dengan usianya. Menurut Yee Jin seorang Psikiater dan praktisisnya dalam bukunya dengan judul Mendidik anak di Era Digital menjelaskan Anak-anak yang terpapar perangkat digital sejak dini dapat mengalami perkembangan otak dan emosi yang tidak sempurna. Akibatnya, mereka memiliki memori jangka panjang yang buruk, emosi tidak stabil, sulit berkonsentrasi, dan bahkan, tidak mampu berpikir.
Anak -anak saat Ini memanfaatkan perpustakaan bukan saja sebagai tempat membaca dan pinjam buku namun untuk mencari wifi dengan berbagai tujuan. Jika perpustakaan kurang bisa memproteksi akses internet dan petugas yang apatis tidak menutup kemungkinan anak –anak akan mengakses konten negatif.
Beberapa perpustakaan dan taman baca masyarakat ada yang hanya memberikan pelayanan meminjam dan membaca secara rutin, dan belum ada kegiatan penerapan membaca atau inovasi pelayanan untuk menyedikan sumber belajar. Sehingga menjadikan anak enggan berkunjung ke Perpustakaan dan Taman Baca Masyarakat. GPAN hadir untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. GPAN berusaha memberdayakan anak dengan mereplikasi inovasi yang telah dibuktikan oleh TBM dan komunitas pegiat literasi lain. Pemberdayaan anak melalui literasi telah disesuaikan dengan kebutuhan anak- anak generazi Z dan Alfa.
GPAN memberdayakan anak nusantara dengan berbagai kegiatan mulai dari pelatihan kerajinan tangan, sampai memiliki Lembaga binaan misalnya TBM dan pondok Pesantren. GPAN mengembangkan anak dengan menggalakan literasi. Pengenalan literasi dengan pendekatan anak anak melalui bermain bersama yang mulai langka dilakukan oleh anak generasi Z dan Alfa. Dengan masuk ke dunia anak diharapkan adanya hubungan emosianal antara anggota GPAN dengan anak anak, sehingga memudahkan pembelajaran dan mengetahui sumber belajar yang tepat.
Anggota GPAN yang terdiri dari berbagai macam latar belakang pendidikan membuat anggota saling menyumbangkan keilmuan masing – masing untuk berjuang memberdayakan anak. Program pengembangan literasi untuk anak semakin matang. Selain itu anggota GPAN dibekali berbagai teknik untuk menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan Tim dan kemampuan setiap Anggotanya. GPAN juga bersedia membantu meramaikan kegiatan TBM, Agar anak-anak di sekitar TBM tersebut dapat memasyarakatkan minat baca. Saat ini GPAN sudah menyebar 20 Regional di Seluruh Indonesia
Harususilo, YE. 2018 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Masalah Sosial pada Anak Keranjingan Gawai”, https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/16/15000091/masalah-sosial-pada-anak-keranjingan-gawai. diakses pada tanggal 06 Juli 2018