Oleh: Imam Arifa’illah Syaiful Huda
Pada hakikatnya, esensi pendidikan membuat orang berbuat baik dan berperilaku terpuji. Pendidikan menuntun seseorang untuk melakukan perubahan dari sesuatu yang belum diketahui menjadi lebih tau, dari perilaku yang kurang baik menjadi perilaku yang lebih baik. Namun kenyataannya, masih banyak orang yang terdidik tidak melakukan sesuatu hal sesuai dengan esensi pendidikan. Maraknya kasus tawuran antar pelajar, hamil diluar nikah, perampokan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh kalangan remaja menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai karakter generasi penerus bangsa telah mengalami degradasi yang mencemaskan. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya bad parenting dan bad schooling.
Peran keluarga dan sekolah dalam mendidik anak memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan karakter anak atau remaja. Dalam hal ini, orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anaknya. Mahartma gandhi pernah mengatakan “pikiranmu akan menjadi ucapanmu. Ucapanmu akan menjadi perilakumu. Perilakumu akan menjadi kebiasaanmu. Kebiasaanmu akan menjadi karaktermu. Karaktermu akan menjadi takdirmu”. Kalimat ini menegaskan bahwa cara terbaik memberi pendidikan yakni dengan memberi teladan yang terbaik terhadap anak atau remaja. Karena pada hakekatnya anak atau remaja sesungguhnya merupakan persepsi orang dewasa. Mereka selalu mengamati, menyimak, dan pikiran mereka terus mencerna. Untuk itu, kedua orang tua harus memberi contoh yang baik untuk anak-anak.
Selanjutnya, peran pendidikan di lingkungan sekolah seharusnya mampu memberi kontribusi yang besar dalam pendidikan karakter. Pihak-pihak terkait, teurtama guru perlu membuat rule model pendidkan karakter yang baik untuk para pelajar. Bukan hanya mentrasfer pengetahuan dan mendewakan nilai akademik yang tinggi. Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai karakter ini bisa ditanamkan pada para peserta didik agar menjadi sosok manusia yang mampu berbuat baik dan berperilaku terpuji terhadap semua masyarakat, serta memiliki kepedulian dan kepekaan sosial. Untuk itu, sosok guru yang baik adalah guru yang mampu menginspirasi murid-muridnya untuk berbuat lebih baik. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran, guru seyogyanya mampu mengkaitkan pengetahuan yang diajarkan dengan kebutuhan hidup sehari-hari. hal ini akan membuat peserta didik menyadari bahwa pengetahuan atau pelajaran yang disampaikan memiliki makna yang besar dalam kehidupan sehari-hari.
Enam pilar utama dalam pendidikan karakter yang telah dirumuskan oleh Mark Plus Institue of Marketing (MIM) sebagai dasar untuk membangun manusia-manusia berkarak kuat yaitu trustworthiness (kejujuran), responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), fairness (keadilan), caring (peduli), dan citizenship (keterlibatan aktif di masyarakat). Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter diperlukan terobosan baru dan kreatif, dengan cara penerapan program magang kerja sosial. Salah satu sekolah di Yogyakarta yang menerapkan program magang kerja sosial yakni SMA Kolese John Brito, Yogyakarta.
Program magang kerja sosial meruapakan program yang diberikan kepada siswa untuk menjalani kegiatan sosial sebagai bentuk pembelajaran nyata terhadap dirinya dan kontribusi nyata terhadap masyarakat. Program ini bisa didesain selama satu minggu atau dua minggu, sesuai dengan aturan yang disepakati. Sebagai contoh, selama satu minggu siswa menjalani program magang kerja sosial di beberapa tempat yang dipilih atau ditentukan diantaranya tempat pembuangan sampah (TPS), panti asuhan, membantu para difabel, panti penyandang autis, pemukiman kumuh, panti jompo, dll. Para siswa-siswi bekerja sebagai pemulung, pembantu rumah tangga, pedagang, kuli kasar, pembatu rumah tangga, dan perawat pasien. Secara tidak langsung, para pelajar akan memperoleh pembelajaran berharga dari pengalaman yang telah dijalani selama satu atau dua minggu. Hal ini sejalan dengan prinsip Sekolah Alam Yogyakarta bahwa “murid akan lupa bila hanya mendengar ceramah guru. Murid akan mengingat apa yang diperlihatkan gurunya. Murid akan mengalami bila melakukan. Murid akan menguasai bila menemukannya sendiri”. Program ini mencerminkan bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari buku teks dan kelas, tetapi dapat diperoleh dari pengalaman nyata terutama dalam lingkungan sosial yang termarjinalkan.
Dalam proses magang kerja sosial, karakter siswa-siswi akan terbentuk menjadi karakter manusia-manusia yang kuat, yang melatih siswa semakin peka terhadap kehidupan sosial, menyadarkan siswa bahwa mencari uang tidaklah mudah sehingga diharapkan hidup hemat, keterbukaan hati siswa-siswi untuk peduli terhadap sesama semakin lebar karena merasakan sendiri betapa sulitnya pada kondisi tersebut, pengalaman baru, memperlakukan orang lain dengan penuh hormat dan belas kasih, disiplin dan bertanggung terhadap pilihan hidup, memiliki sifat melayani tak berharap kembali, memiliki integritas yang kuat, dan ketahanan dalam menghadapi tekanan hidup. Karakter-karakter generasi emas inilah yang dibutuhkan untuk menjadikan bangsa Indonesia semakin maju dan berdikari.