Bali – Antusiasme anak-anak Desa Tusan terlihat berbeda di akhir pekan ini. Pada Sabtu (21/8) Sahabat Ara GPAN Bali bersama tim KKN Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus (UHN IGB) Sugriwa, Denpasar mengadakan kegiatan kolaborasi dan donasi buku. Kegiatan ini tercetus ditengah kesibukan masing-masing. Semula, Sahabat Ara diminta untuk membantu mengajar anak-anak di Desa Tusan oleh tim KKN UHN IGB Sugriwa. Desa ini terletak di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
Kegiatan ini sempat diundur karena pandemi di wilayah Bali belum reda. Tidak berkecil hati begitu saja, buah kesabaran Sahabat Ara membuahkan kabar yang membahagiakan. Sahabat Ara mendapat persetujuan untuk menghelat kegiatan kolaborasi ini tiga hari sebelum diadakan. Meski terkeaan mendadak, semua yang terlibat berupaya semaksimal mungkin. Gita dan Dewa, selaku Divisi Humas GPAN Bali mendata keperluan dan kesiapan anggota. Dari pendataan dan pengecekan didapatkan sejumlah buku yang layak baca dan dalam kondisi baik. Buku-buku yang didonasikan sebanyak 40 buah dengan genre pengetahuan umum, ilmu sosial, komik dan novel. Komik dan novel remaja berasal dari masyarakat sekitar Desa Tusan dan kepengurusan GPAN Bali tahun sebelumnya.
Keseruan kegiatan ini masih berlanjut, para panitia kolaborasi memberikan pengetahuan bahasa asing yakni Bahasa Inggris untuk adik-adik yang hadir. Rentang usia mereka mulai Taman Kanak-Kanak (TK) hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu, para panitia mengenalkan budaya dan tradisi Bali seperti membuat Canang (mejejaitan) dan Ketupat (Tipat Taluh) untuk adik-adik Sekolah Dasar (SD). Adik-adik SMP juga tidak mau ketinggalan, mereka belajar membuat Tipat Sirikan, dan membuat Klakat untuk yang laki-laki. Buku donasi yang berhasil terhimpun, diberikan untuk adik-adik yang aktif menjawab pertanyaan dan kreatif selama kegiatan berlangsung.
Tutur Gita, “Meski kegiatan terkesan dadakan, acara cukup berjalan lancar dan semoga membawa manfaat bagi semua”. Kegiatan kolaborasi pengenalan budaya Bali (Pasraman) ini, membuka lembaran baru bagi adik-adik. Sebab mereka dapat beraktivitas kembali dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pasraman adalah bentuk pendidikan non formal yang strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan agama Hindu. Pasraman dilakukan oleh anak-anak SD setiap seminggu sekali. Kegiatan Pasraman diataranya, 1. Upacara Yajna (mejejaitan membuat sarana dan prasarana Yajna). Yajna (berasal dari bahasa sansekerta yaj yang artinya korban atau korban suci yang tulus ikhlas di Bali banyak jenis bentuk sarana Yajna ada Canang, Banten, dan Tipat. 2. Budaya dan tradisi Bali seperti melantunkan lagu-lagu kerohanian Hindu di Bali. 3. Belajar Yoga dan meditasi. 4. Belajar nyurat atau menulis aksara Bali.
Kegiatan pengenalan budaya dan tradisi ini perlu ditularkan ke generasi muda. Meski dengan keterbatasan waktu dan fasilitas tidak menyurutkan kegembiraan adik-adik belajar budaya di Banjar Griya Budha. Ni Kadek Anggi Sagita Putri, yang akrab disapa Gita menambahkan, “Ditengah keterbatasan waktu para anggota, kami tetap berupaya yang terbaik.”