Kisah di Bawah Pohon Asem: Romantisme Dua Regional

Ada beberapa agenda yang dilakukan oleh Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara Regional Mojokerto di luar kegiatan internal. Kegiatan ini serupa dengan sambang regional, namun kami menamainya “hunting”. Aku sendiri lupa, apa alasan tim yang diketuai oleh Shintya menamai demikian. Namun, ya sudahlah. Apapun namanya, tujuan kegiatan ini tetap sama yaitu sebagai wadah pengenalan, silahturahmi, dan berbagi informasi lintas regional.

Berbicara tentang “hunting” ini, rasanya tidak afdol jika tidak kusinggung sedikit darimana awal mulanya. Tidak bisa dipungkiri, kegiatan ini terinspirasi oleh kunjungan yang dilakukan oleh GPAN Lamongan pada penghujung tahun lalu. Bak calon pengantin yang sedang meminang kekasih hatinya, kami melakukan kunjungan balasan ke GPAN Lamongan.

GPAN Lamongan Sambangi GPAN Mojokerto, 29 Desember 2019 di Benteng Pancasila. (sumber: koleksi GPAN Mojokerto)

Pada mulanya, kami akan berangkat bersembilan. Namun, bagai seleksi alam, dua orang gugur di pagi itu karena membatalkan keikutsertaannya. Pada akhirnya, kami berangkat bertujuh.  Dua perempuan dan lima laki-laki yang kusebut pandawa. Siapa saja? Pandawa ini terdapat Mas Aldi, Mas Gaguk, Mas Rezky, Mas Bima, dan Indra. Sedangkan dua orang perempuan, ada aku dan Yusi. Sebenarnya ada satu laki-laki lagi bernama Mas Diki, seorang pecinta dunia pewayangan yang menyusul mendadak ketika kami sudah berada di lokasi tujuan.

sumber: koleksi GPAN Mojokerto.

Kami hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam untuk sampai di Lamongan Kota. Awalnya, kami bertemu anggota GPAN Lamongan di Alun-Alun Lamongan. Terakhir kali ke tempat itu, aku tidak menemukan adanya “bianglala”. Namun, pada hari itu aku melihat ada kincir raksasa yang banyak digemari anak-anak –termasuk aku– berada disana. Sayang sekali, saat itu aku tidak bisa menaikinya karena bianglala itu sedang tidak beroperasi.

Kupikir setiap alun-alun di berbagai kota selalu ramai jika hari Minggu. Selain memiliki fungsi ekologis, Alun-Alun Lamongan juga memiliki fasilitas untuk berolahraga. Jika kamu mengunjungi tempat ini, kamu akan menemui adanya lapangan basket disana.  Tempat ini juga seringkali difungsikan sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat setempat. Ada yang sekedar jalan-jalan atau sekedar melepas penat bersama keluarga atas kesibukan hari-hari sebelumnya. Tidak hanya itu, keberadaan orang-orang yang berjualan makanan dan mainan di sepanjang jalan juga menunjukkan bahwa fungsi ekonomi ikut berjalan di tempat ini.

Perpus Kaget GPAN Lamongan (sumber: koleksi pribadi penulis).

Kebetulan atau tidak, saat itu “Perpus Kaget” dari GPAN Lamongan sedang terjadwal. Jadi, kami menemui mereka disana. Jika di televisi aku pernah mendapati trio lestari berisi tiga penyanyi pria yaitu Tompi, Glenn Fredly, dan Sandhy Sondoro, maka ketika kami bertujuh sampai di sana, kami bertemu dengan trio pria lainnya yaitu Mas Teguh, Mas Ain, dan Mas Amanu. Tidak lama setelah itu, menyusul Mas Faruq dan mas satu lagi –maaf, aku tidak tahu namanya– yang baru kembali dari Malang dan mengunjungi tempat yang sedang viral “Feeling Good” di Mojokerto. Untuk kalimat sebelumnya, ya tidak sih? Aku sedikit ragu karena aku pelupa.

Sembari menunggu mereka menyelesaikan kegiatannya, beberapa diantara kami terlibat perbincangan ringan. Ada juga dua orang yang sibuk mendokumentasikan kegiatan sebab sedang gencar-gencarnya mengikuti jejak si Bayu, ketua regional Kediri. Sedangkan dua orang perempuan yang ikut, aku dan Yusi, memilih untuk mengisi perut dengan menelusuri jajanan yang dijual.

GPAN Mojokerto dan GPAN Lamongan (sumber: koleksi GPAN Mojokerto).

Setelah itu kami pergi ke basecamp atau tempat biasa mereka berkumpul yang terletak di halaman kos salah satu anggota GPAN Lamongan, sebut saja Mbak Fily. Tempat berkumpul kali ini unik, karena bukan di dalam ruangan. Tidak lama kemudian datanglah teman-teman dari GPAN Lamongan lain yang ikut bergabung. Mengusung tema piknik, kami lesehan dengan menggelar karpet di bawah pohon yang rindang. Mereka menyebut tempat berkumpul tersebut “di bawah pohon asem”. Dari sini, aku baru tahu skill lain yang dimiliki oleh Mas Amanu yaitu memanjat pohon! Kemudian kami makan rujak yey! Tak hanya makan rujak. Selesai itu, kami melingkar dan sharing sedikit tentang beberapa hal terkait dengan komunitas ini.

Moment makan rujak. (Sumber: koleksi GPAN Mojokerto).

Sudah ya? Sampai disini dulu tulisan ini, aku menulis sambil menahan kantuk. Akan aku ceritakan pembicaraan kami waktu itu, tapi ketika kita bertemu saja. Satu lagi, dokumentasi video yang dibuat oleh dua orang yang kuceritakan diatas, aku lampirkan di bawah ini. Selamat menonton!

Ditulis oleh Vidia Oktaviana, anggota GPAN Regional Mojokerto.

Comments are closed.